Jumat, 29 Juli 2016

pengalaman bersama dosen

Di kala pagi itu, burung-burung sedang asik kejar-kejaran di bentangan karpet biru yang-Nya ciptakan dengan begitu megahnya. Ku lihat ke luar kaca jendela yang ada di bus, ku tatap pepohonan di seberang sana yang seakan melambai-lambai perjalanan kami. Perjalanan yang selalu aku kagumi. Bahkan sedetikpun aku tak ingin berpaling dari menikmati indahnya alam yang masih perawan ini. Di tambah lagi alunan musik yang semakin menambah kenyamanan.
Bus berhenti tepat di depan fakultas, aku segera bergegas menuju kelas bersama kedua temanku yang selalu pergi bersama, kemana saja. Namun saat ingin memasuki kelas, kelas masih tertutup rapat, bahkan orangpun belum ada hanya kami yang baru datang saja. Akhirnya kami memilih untuk duduk sambil menunggu pukul 8 karena perkuliahan akan di mulai pukul 8 pagi.
Tadi malam sebelum tidur sempat kulihat buku kuliahku, ternyata pagi ini kami masuk mata kuliah sanggar Bahasa dan Sastra. “Ah, membosankan”. Pikirku yang kesal karena aku memang tidak menyukai sastra awalnya. Ku lihat dosen perempuan ternyata. “Cantik.” Pikirku. Ia mulai membuka suara. “Lembut orangnya”.
“Ngarang puisi? Nanti dibacain ke depan kelas? Yang benar saja, mana aku bisa dengan suara cemprengku ini”. Gerutuku saat ia memberi tugas pada kami. Namun benar kata orang, “bisa karena terbiasa.” Bahkan sekarangpun aku sangat menyukai sastra dan terkadang di waktu luangku aku juga mengarang puisi dan cerpen.
Namun pertemuan kami singkat saja, sekitar berapa kali pertemuan karena kebetulan ibu sudah hamil tua dan akan cuti panjang, sayang sekali padahal aku masih ingin mendapat pengetahuan darinya yang sudah lama berkecipung dalam hal yang berbau sastra.
***
Banyak hal baru yang ku dapatkan saat aku di sini, di kampusku. Pelajaran berharga pun aku dapatkan dari dosen yang mengajar mata kuliah pkn. Dosen laki-laki memang, tapi bukan karena aku tertarik pada tampangnya, aku tertarik dengan cara ia mengajar. Aku benar-benar kagum dengan apa yang ia berikan. Tak membosankan, padahal dari SD bahkan sampai SMA, aku paling anti sekali masuk mata pelajaran pkn, membosankan. Karena memang begitu kenyataannya. Namun bapak ini begitu unik, ia selalu bisa membuka wawasan kami. Dan mendobrak jalan fikiran kami yang masih ketinggalan. “Jangan sampai di tipu massa.”  Katanya saat itu di sela-sela pembicaraan kami. Bahkan karena di ajar olehnya aku sampai menyukai berita-berita tentang pemerintah, yang dulunya aku sangat anti sekali. Mendengar kata pemerintah saja aku sudah malas. Penampilannya yang simple pun menambah kekagumanku padanya. Ada beberapa pertanyaan yang masih teringat jelas di ingatanku yang ia berikan.
“Ada seorang nenek yang mencuri makanan demi cucunya yang kelaparan lalu ia pun keathuan dan dipenjara bahkan dibawa sampai ke pengadilan, jadi menurut kalian siapa yang salah? Padahal orang miskin dalam undang-undang dilindungi oleh Negara.” tanyanya mantap.
Kami terdiam, tak ada satupun dari kami yang membuka suara. Suasana hening seketika, akhirnya dia mulai bercerita panjang lebar, ia tak pernah memberikan jawaban yang pasti ia selalu memberikan jawaban yang akhirnya kami cerna sendiri dan terkadang akupun tak mendapat jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaannya yang seperti itu. Namun banyak hal lain yang aku dapatkan daripada jawaban itu sendiri.
“Kalian buat projek kemanusiaan selama perkuliahan dengan saya.” Katanya.
“Projek kemanusiaan? Apa tu ka?” kata teman sebelahku.
“Tak tau”. Jawabku.
Seketika kelas menjadi riuh atas tugas yang ia berikan padahal bapak pun belum beranjak dari kelas. Ia diam, lama juga. Akhirnya kami sadar ia diam karena kami berisik.
“Menarik caranya.” Pikirku.
Projek kemanusiaan itu adalah aktivtas yang kalian lakukan setiap hari sampai jangka waktu yang ditentukan. Kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain misalnya menyebrangkan anak sekolah di jalanan. Membantu membawakan barang-barang belanjaan ibu-ibu di pasar dan sebagainya.
Di pertemuan berikutnya…
“Artika, ambil projek apa? Lalu ceritakan apa dari awal sampai sekarang apa yang terjadi dengan projekmu.” tanyanya kepadaku karena namaku berada di absen pertama.
Aku menjawab singkat sekali begitu juga dengan beberapa temanku yang lainnya dan akhirnya ia berhenti memanggil dan menjelaskan tingkatan dari jawaban kami. Secara tidak langsung yang dapat aku petik dari penjelasannya adalah penjelasan yang baru ku jawab beberapa menit yang lalu, layaknya jawaban anak TK.
“Kalian tahu kita umat muslim punya kewajiban atas tetangga kita, jika tetangga kita kelaparan sementara kita selalu makan enak. Maka kita akan bertanggung jawab pada akhirnya, karena kita semua seluruh umat muslim adalah bersaudara. Jadi kita harus peduli terhadap saudara kita.” Seperti itulah kiranya penjelasannya di lain waktu.
“Baiklah kita mulai ujian kita, kalian boleh melihat buku”. Aku sangat senang sekali mendengar pernyataannya. Namun setelah ia memberikan soalan yang pertama, aku kaget bukan main, soalan yang berikan adalah soalan yang membutuhkan jawaban berdasarkan logika masing-masing. Soalan yang ia berikan benar-benar membuat aku bingung, akhirnya aku hanya mengarang indah saja. Lumayanlah daripada materi yang keluar, pasalnya tadi malam aku tidak begitu focus belajar, menghapal materi lebih tepatnya.
Saat fikiranku buntu pada beberapa soalan yang diberikan, aku lebih memilih melamun. Tiba-tiba aku jadi teringat pada saat aku dan teman sekelasku dimarahi oleh dosen pengganti linguistik. Bayangkan saja 3 kali pertemuan bersamanya kami hanya mendengar santapan rohani darinya. “Agak cerewet ya”. Kata teman-temanku sekelas akupun sempat berfikiran seperti itu. Ada saja yang salah, namun sebenarnya salah kami juga, karena saat akan tampil diskusi, kelompok yang akan tampil tidak menyediakan persiapan dengan matang. Dosen mana coba yang tidak marah-marah begitu.
Namun dibalik itu semua ia memberikan motivasi yang begitu membekas di ingatan ini. Motivasi yang bisa membangkitkan bagi mahasiswa baru seperti kami ini. Tiba-tiba aku jadi teringat pada dosenku saat ceritanya mulai membosankan.
“Orang yang curhat hanya butuh di dengarkan bukan di nasehati karena sampai besok berbuih pun kalian memberi nasehat, ia taka akan mendengarkan itu. Ia hanya butuh di dengarkan tunggulah sampai kesedihannya reda, baru perlahan-lahan beri masukan padanya”. Katanya di sela sela ia menjelaskan materi.
Dosen ini juga salah satu dosen yang favorit karena cara mengajarnya yang asik. Namun pernah suatu ketika teman sekelasku adayang salah memberitahu tentang jam kuliah kami selanjutnya karena ia ingin mengambil waktu yang lebih lama sekitar sejam setelah jam kuliah kami berakhir menurut jadwal, namun karena temanku salah memberitahu akhirnya ia tidak jadi meneruskan. Di pertemuan selanjutnya ia marah dan langsung meninggalkan kelas padahal ia baru saja masuk. Ia berfikir kami membohonginya, dan teman-temanku pun akhirnya segera menyusulnya dan meminta maaf padanya.
“Bahaya ni dosen.” Kata teman-teman sekelas.
Namun setelah kejadian itu ibu lebih bersahabat pada kami dan asik juga. Ia membongkar semua gedok guru di sekolah yang umumnya terjadi yang tidak kami ketahui. Kenapa? Karena pada akhirnya kamipun akan menjadi seperti mereka juga. Aamin. Pekerjaan yang mulia bukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar