ANALISIS
STRUKTUR DALAM DONGENG
“KERBAU DAN MONYET LICIK”
A. Deskripsi Data
a.
Sinopsis
Dongeng “Kerbau dan Monyet Licik”
Pada suatu hari saat monyet yang sedang
kelaparan, tiba-tiba ia melihat burung-burung membawa anggur lalu ia bertanya
pada burung itu dari mana mereka
mendapatkannya lalu burung itupun memberitahu bahwa ia mendapatkan dari kebun
yang ada dis eberang sungai, mereka mengambil buah-buahan yang sudah jatuh dari
pohon dan tentu saja para petani tidak mengusir mereka. Si burung pun berpesan agar
jangan sampai monyet mengambil yang masih di pohon. Mendengar itu, si monyet
segera menuju kebun di seberang sungai, karena waktu itu musim kemarau dan
sungai mengalir kecil. Karena si monyet rakus maka ia memakan semua buah, baik
yang jatuh ataupun masih menggantung di pohon. Tentu saja para petani mulai
resah dan mulai menjaga kebun mereka dengan ketat.
Tak terasa musim penghujan
tiba, dan si monyet mulai kebingungan bagaimana ia bisa ke kebun di seberang
sungai itu lagi sementara sungai meluap karena guyuran hujan. Monyet mulai
mencari cara, tiba-tiba ia teringat akan sahabatnya si kerbau. Kerbau terkenal
sebagai hewan yang pandai berenang. Akhirnya ia menipu kerbau dan mengatakan
pada kerbau bahwa petani di seberang sungai sengaja menyediakan buah-buahan itu
untuk monyet, tanpa menaruh curiga si kerbau percaya dan menuruti kemauan
monyet. Sesampainya kerbau memakan buah itu dengan lahap sama halnya dengan
monyet. Si monyet yang sadar akan bahaya karena gerak-gerik mereka diperhatikan
oleh petani ia pun segera meninggalkan kebun dan kerbau. Dan akhirnya kerbaupun
sadar akan bahaya itu, akhirnya ia lari meninggalkan kebun. Sesampainya di
sungai saat kerbau ingin menyebrang, tiba-tiba monyet keluar dari
persembunyiannya di balik semak karena ia tidak bisa menyebrang, akhirnya
monyet minta tolong pada kerbau. Melihat monyet hati kerbau menjadi dongkol.
Jadi ia menyuruh monyet untuk melompat ke punggungnya namun monyet malah
tercebur ke sungai.
b. Analisis
Data
1. Dongeng “Kerbau dan Monyet Licik”
a. Struktur Dongeng
1) Alur
Untuk menemukan struktur alur yang
digunakan oleh pengarang di dalam dongeng ini, peneliti berusaha melihat
rangkaian peristiwa yang terdapat di dalam dongeng. Rangkaian peristiwa
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Monyet yang sedang menahan lapar melihat
burung membawa buah anggur.
2.
Burung memberitahu monyet ia mendapat
dari kebun seberang.
3.
Monyet pergi ke kebun dan menakan semua
buah-buahan.
4.
Para petani resah dan menjaga kebun
dengan ketat.
5.
Namun monyet selalu mencari kelengahan
petani.
6.
Musim penghujan tiba.
7.
Monyet bingung karena sungai meluap dan
ia tak bisa berenang.
8.
Monyet meminta bantuan kerbau yang
pandai berenang.
9.
Monyet mendatangi kerbau dan menipu
kerbau agar mau menghantarkannya.
10. Monyet
dan kerbau sampai di kebun dan mereka memakan dengan lahapnya.
11. Monyet
sadar akan bahaya lalu lari meninggalkan kerbau.
12. Kerbau
pun akhirnya sadar akan bahaya dan ia segera berlari.
13. Kerbau
sampai di sungai monyet menghampiri.
14. Monyet
ingin menumpang, kerbau dongkol dan menyuruh monyet untuk melompat ke
punggungnya.
15. Monyet
jatuh ke sungai.
1
2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12
13 14 15
Bagan 4.1 Urutan Sekuen Dongeng “Kerbau
dan Monyet Licik”
Dongeng ini terdiri dari 15 sekuen berada
pada saat penceritaan. Maka jelaslah bahwa secara kronologis alur cerpen ini
disusun menggunakan alur maju karena tidak ada sedikitpun menampilkan kejadian
di masa lalu. Pada bagian awal cerpen ini terlihat monyet yang kelaparan
kemudian ia melihat burung-burung yang membawa buah-buahan akhirnya burung
memberitahukan dimana ia mendapatkan dan si monyet yang rakus pun memakan semua
buah-buahan di kebun seberang sungai seperti yang di beritahu burung. Padahal
burung sudah memberitahu bahwa jangan memakan yang di atas pohon namun karena monyet
rakus ia tak mendengarkan. Musim hujan tiba, monyet meminta bantuan kerbau dan
menipu kerbau. Kerbau percaya dan memakan buah dengan lahap tanpa curiga.
Monyet yang sadar akan bahaya meninggalkan kerbau begitu juga kerbau namun saat
akan menyebrang monyet muncul dan kerbau menyuruh agar monyet segera melompat
namun monyet jatuh ke sugai.
2)
Penokohan
a. Monyet
Monyet adalah hewan yang nakal, ia rakus karena
memakan buah para petani baik yang jatuh maupun di pohon semuanya.
“Tapi
karena sifatnya yang rakus, maka dia memakan semua buah anggur di kebun itu.
Baik yang jatuh ke tanah, ataupun yang masih menggantung di pohon.”
Selain itu, dalam dongeng ini juga dipaparkan bahwa
Monyet merupakan hewan yang licik ia menipu sahabatnya si kerbau yang pandai
berenang. Terlihat pada kutipan berikut.
“Hehe, bagaimana aku tak gemuk? Aku
makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang sungaisana, selalu memberiku
makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan semua buah di kebunnya”. Kata si
monyet mulai berbohong.”
b.
Kerbau
Kerbau
merupakan hewan yang baik. Kerbau adalah hewan yang pandai sekali berenang. Ia
terkenal dengan kehebatan berenangnya.
"Hehehe..
Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang
sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan
semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong.
"Wah, benarkah itu? Beruntung
sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk".
Kata si
kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau,
makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian,
maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau
sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau.
"Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana
sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air
sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi.
"Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri,
aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.
Pada
kutipan di atas juga terlihat kerbau yang begitu mempercayai monyet namun
monyet menipunya. Ia hewan yang baik dan bersahabat.
3)
Latar
Ruang lingkup sebuah
karya sastra fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh
si pengarang. Pada bagian latar ini akan diuraikan latar tempat dan latar waktu
yang menjadi latar dari peristiwa yang dialami oleh para tokoh di dalam dongeng
ini. Latar tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a.
Latar tempat
Hutan merupakan ruang
bergerak dalam dongeng ini. Di dalam hutan pengarang menggambarkan tokoh serta
peristiwa yang dialami para tokoh yang sememangnya binatang itu tinggal di
hutan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Pada
suatu hari ketika si monyet tengah asik termenung menahan lapar di bawah pohon,
dia melihat banyak burung-burung tengah terbang membawa buah anggur yang cukup
segar. Melihat hal itu, air liur si monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun
berteriak pada burung-burung itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan
buah-buahan yang ranum itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun
berhenti dan bertengger di atas pohon. Sambil memakan buah anggur,
burung-burung itupun menjawab.." Kami mendapatkanya dari kebun di seberang
sungai. Para petani di sana baik hati. Mereka tak akan mengusir atau melukai mu
jika kau hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah, asal jangan kau
makan buah yang masih ada di pohonya". Jawab burung-burung itu.”
Dari kutipan di atas
terlihat bahwa hutan merupakan tempat tinggal monyet dan kerbau, yang kemudian
mereka pergi mencari makan kebun yang ada di seberang sungai.
b.
Latar waktu
Latar waktu digunakan dengan tujuan
melukiskan kapan suatu peristiwa terjadi. Latar waktu pada dongeng ini sangat
erat kaitannya dengan latar tempat yang sudah dipaparkan sebelumnya. Latar
waktu dalam dongeng ini dimulai pada waktu siang hari saat Monyet sedang duduk di bawah pohon sambil menahan lapar.
“Pada suatu hari ketika si monyet tengah asik
termenung menahan lapar di bawah pohon, dia melihat banyak burung-burung tengah
terbang membawa buah anggur yang cukup segar. Melihat hal itu, air liur si
monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun berteriak pada burung-burung
itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan buah-buahan yang ranum
itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun berhenti dan bertengger di
atas pohon.”
Dari kutipan di atas sangatlah jelas peristiwa ini terjadi di siang hari
karena burung-burung yang sedang mencari makan. Dan monyet yang duduk di bawah
pohon.
4)
Tema
Tema
merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam
dongeng. Karena tema cerita tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang,
maka untuk mempermudah menentukan tema, peneliti mencoba mengemukakan konflik
utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah sebagai
berikut.
“Merasa
tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat senang. Monyet dan kerbau
pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan ketika menyeberangi sungai, si
monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai di kebun, monyetpun segera makan
dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena dia merasa semua buah itu memang
sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga memakan semua buah di kebun
dengan lahap sama seperti monyet. Tapi tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka
telah di perhatikan oleh para petani dari tadi. Para petani memang sengaja
bersembunyi untuk mencari tahu siap sebenarnya yang mencuri di kebun mereka
selama ini. Setelah melìhat monyet dan kerbau tengah kekenyangan, merekapun
langsung berusaha menyergap kerbau dan monyet. Monyet yang sadar akan bahaya
yang datang, segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau yang
kebingungan karena tak tahu masalah yang sebenarnya.”
Berdasarkan kutipan di atas jelaslah
bahwa tema yang diangkat oleh pengarang dalam dongeng ini menyangkut
permasalahan hidup yang terkadang juga dialami manusia. Monyet yang serakah dan
menipu sahabatnya.
"Hehehe..
Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang
sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan
semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong.
"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.
"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.
Merasa tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat
senang. Monyet dan kerbau pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan
ketika menyeberangi sungai, si monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai
di kebun, monyetpun segera makan dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena
dia merasa semua buah itu memang sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga
memakan semua buah di kebun dengan lahap sama seperti monyet.”
5)
Amanat
Amanat
di dalam dongeng ini adalah jangan suka membohongi teman demi mendapatkan apa
yang diinginkan karena apapun yang dilakukan dengan cara tidak baik akan
mendapatkan balasannya sendiri dan setialah pada sahabat. Dan ini terbukti oleh
dongeng ini yang sengaja dipaparkan dan dikemas sedemikian rapi.
6)
Sudut
Pandang
Sudut
pandang yang digunakan dalam dongeng ini adalah orang ketiga serbatahu. Terlihat
jelas karena pengarang menggunakan kata monyet sebagai pelaku utama dan kata
kerbau sebagai tokoh yang lainnya.
LAMPIRAN OBJEK PENELITIAN
Dongeng Kerbau dan Monyet Licik
Jaman dahulu kala, ada
seekor monyet yang sangat nakal. Di sangat rakus dan suka mencuri tanaman dan
buah para petani. Perbuatanya yang sudah sangat keterlaluan, membuat para petani
resah. Sehingga para petani mulai menjaga ladang mereka dengan ketat dan
memasang berbagai perangkap. Tentu saja hal ini membuat monyet yang nakal itu
kebingungan, karena jika sampai dia tertangkap, nyawanya bisa melayang.
Pada suatu hari ketika si monyet tengah asik termenung menahan lapar di bawah pohon, dia melihat banyak burung-burung tengah terbang membawa buah anggur yang cukup segar. Melihat hal itu, air liur si monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun berteriak pada burung-burung itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan buah-buahan yang ranum itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun berhenti dan bertengger di atas pohon. Sambil memakan buah anggur, burung-burung itupun menjawab.." Kami mendapatkanya dari kebun di seberang sungai. Para petani di sana baik hati. Mereka tak akan mengusir atau melukai mu jika kau hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah, asal jangan kau makan buah yang masih ada di pohonnya". Jawab burung-burung itu.
Mendengar jawaban itu, si monyet menjadi sangat girang. Diapun segera menuju kebun di seberang sungai, karena waktu itu sungai mengalir kecil karena musim kemarau, jadi si monyet dapat dengan leluasa menyeberangi sungai itu. Tapi karena sifatnya yang rakus, maka dia memakan semua buah anggur di kebun itu. Baik yang jatuh ke tanah, ataupun yang masih menggantung di pohon.
Berkali-kali si monyet mengulangi hal yang sama, hingga para petani di seberang sungai kini mulai resah. Mereka tak lagi seramah dulu, bahkan burung-burung kini juga di usir. Karena para petani tak tahu, bahwa yang merusak tanaman mereka adalah si monyet. Tapi meskipun sudah mulai di jaga, tapi si monyet tetap bisa dengan leluasa melakukan aksi nakalnya. Karena penjagaan tak begitu ketat, si monyet masih bisa mencari kelengahan para petani. Sehingga kelakuan si monyet kian hari kian menjadi.
Tak terasa, masa sudah memasuki musim penghujan. Dan si monyet masih saja melakukan pencurian tanpa mau mendengar keluh kesah para petani yang mulai merugi. Si monyet sangat serakah dan rakus, sehingga yang dia fikirkan hanya kepentinganya sendiri. Tapi sial, waktu si monyet akan menyeberang sungai, ternyata sungai itu tengah meluap karena guyuran hujan di atas bukit. Hal tersebut membuat monyet sangat kebingungan, karena dia tak bisa berenang.
Tapi monyet juga di kenal sebagai hewan yang licik, dia pun berfikir
untuk mencari cara agar bisa menyeberang. Akhirnya, dia teringat pada sahabat
lamanya, si kerbau. Kerbau adalah hewan yang cukup terkenal bisa berenang, dia
adalah perenang yang hebat. Ahirnya, monyetpun menemui si kerbau untuk
merayunya. "Hai kerbau sahabat ku, lama tak jumpa. Kenapa badan mu kini terlihat
kurus?". Tanya monyet. "Ah, masak? Perasaan dari dulu tubuh ku tetap
begini. Kau saja yang sekarang terlihat tambah gemuk". Jawab si Kerbau.
"Hehehe.. Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang
ada di seberang sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan
menghabiskan semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong.
"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.
Merasa tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat senang. Monyet dan kerbau pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan ketika menyeberangi sungai, si monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai di kebun, monyetpun segera makan dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena dia merasa semua buah itu memang sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga memakan semua buah di kebun dengan lahap sama seperti monyet. Tapi tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka telah di perhatikan oleh para petani dari tadi. Para petani memang sengaja bersembunyi untuk mencari tahu siap sebenarnya yang mencuri di kebun mereka selama ini. Setelah melìhat monyet dan kerbau tengah kekenyangan, merekapun langsung berusaha menyergap kerbau dan monyet. Monyet yang sadar akan bahaya yang datang, segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau yang kebingungan karena tak tahu masalah yang sebenarnya.
Tapi insting kerbau sadar akan bahaya yang mengancam, hingga ahirnya dia pun berlari menyelamatkan diri. Para petani melempari dan mengusir mereka dengan batu, sehingga membuat tubuh kerbau terluka, di tambah semak belukar yang penuh duri membuat si kerbau semakin kesusahan. Sedangkan si monyet sudah tak kelihatan batang hidungnya, hal tersebut membuat kerbau sadar bahwa dia telah di tipu. Hal itu membuat si kerbau menjadi sakit hati pada monyet.
Ahirnya, setelah beberapa lama berlari si kerbau sampai di tepi sungai. Dengan segera diapun masuk ke dalam sungai untuk mulai menyeberang. Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba si monyet muncul. Ternyata dari tadi si monyet bersembunyi di semak-semak karena tak bisa berenang. "Hai kerbau sahabat ku, tunggu aku..! Apa kau tega meninggalkan sahabat mu di sini?". Teriak si monyet. Melihat kedatangan si monyet, hati kerbau menjadi sangat dongkol. "Jika kau ingin ikut, cepatlah melompat ke punggung ku. Aku sedang buru-buru, jadi kalau tak segera melompat, kau akan ketinggalan". Jawab si kerbau dengan nada ketus. Mendengar itu, si monyetpun berlari dengan sekuat tenaga. Dia semakin panik ketika mendengar para petani yang mengejar telah ada di belakang mereka. Ahirnya setelah sampai pinggir sungai, si monyet segera melompat. Tapi na'as, karena perutnya terlalu kenyang, membuat tubuhnya bertambah berat dan kurang lincah. Si monyet tidak dapat sampai di punggung kerbau, dan ahirnya tercebur ke dalam sungai dan hanyut terbawa arus. Sedangkan si kerbau tak meperdulikan hal itu, dia lebih memilih segera lari menyelamatkan diri. Karena para petani sudah kian dekat dan siap menangkap mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar