Rabu, 27 Juli 2016

ANALISIS STRUKTUR DALAM DONGENG
 “KERBAU DAN MONYET LICIK”


A.  Deskripsi Data
a.       Sinopsis Dongeng “Kerbau dan Monyet Licik”
Pada suatu hari saat monyet yang sedang kelaparan, tiba-tiba ia melihat burung-burung membawa anggur lalu ia bertanya pada burung itu dari mana mereka mendapatkannya lalu burung itupun memberitahu bahwa ia mendapatkan dari kebun yang ada dis eberang sungai, mereka mengambil buah-buahan yang sudah jatuh dari pohon dan tentu saja para petani tidak mengusir mereka. Si burung pun berpesan agar jangan sampai monyet mengambil yang masih di pohon. Mendengar itu, si monyet segera menuju kebun di seberang sungai, karena waktu itu musim kemarau dan sungai mengalir kecil. Karena si monyet rakus maka ia memakan semua buah, baik yang jatuh ataupun masih menggantung di pohon. Tentu saja para petani mulai resah dan mulai menjaga kebun mereka dengan ketat.
Tak terasa musim penghujan tiba, dan si monyet mulai kebingungan bagaimana ia bisa ke kebun di seberang sungai itu lagi sementara sungai meluap karena guyuran hujan. Monyet mulai mencari cara, tiba-tiba ia teringat akan sahabatnya si kerbau. Kerbau terkenal sebagai hewan yang pandai berenang. Akhirnya ia menipu kerbau dan mengatakan pada kerbau bahwa petani di seberang sungai sengaja menyediakan buah-buahan itu untuk monyet, tanpa menaruh curiga si kerbau percaya dan menuruti kemauan monyet. Sesampainya kerbau memakan buah itu dengan lahap sama halnya dengan monyet. Si monyet yang sadar akan bahaya karena gerak-gerik mereka diperhatikan oleh petani ia pun segera meninggalkan kebun dan kerbau. Dan akhirnya kerbaupun sadar akan bahaya itu, akhirnya ia lari meninggalkan kebun. Sesampainya di sungai saat kerbau ingin menyebrang, tiba-tiba monyet keluar dari persembunyiannya di balik semak karena ia tidak bisa menyebrang, akhirnya monyet minta tolong pada kerbau. Melihat monyet hati kerbau menjadi dongkol. Jadi ia menyuruh monyet untuk melompat ke punggungnya namun monyet malah tercebur ke sungai.

b.      Analisis Data
1.    Dongeng “Kerbau dan Monyet Licik”
a.    Struktur Dongeng
1)   Alur
Untuk menemukan struktur alur yang digunakan oleh pengarang di dalam dongeng ini, peneliti berusaha melihat rangkaian peristiwa yang terdapat di dalam dongeng. Rangkaian peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
1.        Monyet yang sedang menahan lapar melihat burung membawa buah anggur.
2.        Burung memberitahu monyet ia mendapat dari kebun seberang.
3.        Monyet pergi ke kebun dan menakan semua buah-buahan.
4.        Para petani resah dan menjaga kebun dengan ketat.
5.        Namun monyet selalu mencari kelengahan petani.
6.        Musim penghujan tiba.
7.        Monyet bingung karena sungai meluap dan ia tak bisa berenang.
8.        Monyet meminta bantuan kerbau yang pandai berenang.
9.        Monyet mendatangi kerbau dan menipu kerbau agar mau menghantarkannya.
10.    Monyet dan kerbau sampai di kebun dan mereka memakan dengan lahapnya.
11.    Monyet sadar akan bahaya lalu lari meninggalkan kerbau.
12.    Kerbau pun akhirnya sadar akan bahaya dan ia segera berlari.
13.  Kerbau sampai di sungai monyet menghampiri.
14.  Monyet ingin menumpang, kerbau dongkol dan menyuruh monyet untuk melompat ke
       punggungnya.
15.  Monyet jatuh ke sungai.


                    
                               1   2    3    4   5    6   7   8   9   10   11    12   13   14   15
                                     
       Bagan 4.1 Urutan Sekuen Dongeng “Kerbau dan Monyet Licik”

      Dongeng ini terdiri dari 15 sekuen berada pada saat penceritaan. Maka jelaslah bahwa secara kronologis alur cerpen ini disusun menggunakan alur maju karena tidak ada sedikitpun menampilkan kejadian di masa lalu. Pada bagian awal cerpen ini terlihat monyet yang kelaparan kemudian ia melihat burung-burung yang membawa buah-buahan akhirnya burung memberitahukan dimana ia mendapatkan dan si monyet yang rakus pun memakan semua buah-buahan di kebun seberang sungai seperti yang di beritahu burung. Padahal burung sudah memberitahu bahwa jangan memakan yang di atas pohon namun karena monyet rakus ia tak mendengarkan. Musim hujan tiba, monyet meminta bantuan kerbau dan menipu kerbau. Kerbau percaya dan memakan buah dengan lahap tanpa curiga. Monyet yang sadar akan bahaya meninggalkan kerbau begitu juga kerbau namun saat akan menyebrang monyet muncul dan kerbau menyuruh agar monyet segera melompat namun monyet jatuh ke sugai.




2)   Penokohan
a.    Monyet
Monyet adalah hewan yang nakal, ia rakus karena memakan buah para petani baik yang jatuh maupun di pohon semuanya.
“Tapi karena sifatnya yang rakus, maka dia memakan semua buah anggur di kebun itu. Baik yang jatuh ke tanah, ataupun yang masih menggantung di pohon.”
Selain itu, dalam dongeng ini juga dipaparkan bahwa Monyet merupakan hewan yang licik ia menipu sahabatnya si kerbau yang pandai berenang. Terlihat pada kutipan berikut.
“Hehe, bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang sungaisana, selalu memberiku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan semua buah di kebunnya”. Kata si monyet mulai berbohong.”

b. Kerbau
Kerbau merupakan hewan yang baik. Kerbau adalah hewan yang pandai sekali berenang. Ia terkenal dengan kehebatan berenangnya.
"Hehehe.. Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong. 
"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk".    
Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau. 

Pada kutipan di atas juga terlihat kerbau yang begitu mempercayai monyet namun monyet menipunya. Ia hewan yang baik dan bersahabat.

3)   Latar
Ruang lingkup sebuah karya sastra fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh si pengarang. Pada bagian latar ini akan diuraikan latar tempat dan latar waktu yang menjadi latar dari peristiwa yang dialami oleh para tokoh di dalam dongeng ini. Latar tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 

a.    Latar tempat
Hutan merupakan ruang bergerak dalam dongeng ini. Di dalam hutan pengarang menggambarkan tokoh serta peristiwa yang dialami para tokoh yang sememangnya binatang itu tinggal di hutan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Pada suatu hari ketika si monyet tengah asik termenung menahan lapar di bawah pohon, dia melihat banyak burung-burung tengah terbang membawa buah anggur yang cukup segar. Melihat hal itu, air liur si monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun berteriak pada burung-burung itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan buah-buahan yang ranum itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun berhenti dan bertengger di atas pohon. Sambil memakan buah anggur, burung-burung itupun menjawab.." Kami mendapatkanya dari kebun di seberang sungai. Para petani di sana baik hati. Mereka tak akan mengusir atau melukai mu jika kau hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah, asal jangan kau makan buah yang masih ada di pohonya". Jawab burung-burung itu.” 

Dari kutipan di atas terlihat bahwa hutan merupakan tempat tinggal monyet dan kerbau, yang kemudian mereka pergi mencari makan kebun yang ada di seberang sungai.

b.    Latar waktu 
Latar waktu digunakan dengan tujuan melukiskan kapan suatu peristiwa terjadi. Latar waktu pada dongeng ini sangat erat kaitannya dengan latar tempat yang sudah dipaparkan sebelumnya. Latar waktu dalam dongeng ini dimulai pada waktu siang hari saat Monyet  sedang duduk di bawah pohon sambil menahan lapar.
“Pada suatu hari ketika si monyet tengah asik termenung menahan lapar di bawah pohon, dia melihat banyak burung-burung tengah terbang membawa buah anggur yang cukup segar. Melihat hal itu, air liur si monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun berteriak pada burung-burung itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan buah-buahan yang ranum itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun berhenti dan bertengger di atas pohon.”

Dari kutipan di atas sangatlah jelas peristiwa ini terjadi di siang hari karena burung-burung yang sedang mencari makan. Dan monyet yang duduk di bawah pohon.

4)   Tema
Tema merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam dongeng. Karena tema cerita tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang, maka untuk mempermudah menentukan tema, peneliti mencoba mengemukakan konflik utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah sebagai berikut.
“Merasa tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat senang. Monyet dan kerbau pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan ketika menyeberangi sungai, si monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai di kebun, monyetpun segera makan dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena dia merasa semua buah itu memang sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga memakan semua buah di kebun dengan lahap sama seperti monyet. Tapi tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka telah di perhatikan oleh para petani dari tadi. Para petani memang sengaja bersembunyi untuk mencari tahu siap sebenarnya yang mencuri di kebun mereka selama ini. Setelah melìhat monyet dan kerbau tengah kekenyangan, merekapun langsung berusaha menyergap kerbau dan monyet. Monyet yang sadar akan bahaya yang datang, segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau yang kebingungan karena tak tahu masalah yang sebenarnya.”

Berdasarkan kutipan di atas jelaslah bahwa tema yang diangkat oleh pengarang dalam dongeng ini menyangkut permasalahan hidup yang terkadang juga dialami manusia. Monyet yang serakah dan menipu sahabatnya.
"Hehehe.. Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong. 
"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau. 
Merasa tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat senang. Monyet dan kerbau pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan ketika menyeberangi sungai, si monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai di kebun, monyetpun segera makan dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena dia merasa semua buah itu memang sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga memakan semua buah di kebun dengan lahap sama seperti monyet.

5)      Amanat
Amanat di dalam dongeng ini adalah jangan suka membohongi teman demi mendapatkan apa yang diinginkan karena apapun yang dilakukan dengan cara tidak baik akan mendapatkan balasannya sendiri dan setialah pada sahabat. Dan ini terbukti oleh dongeng ini yang sengaja dipaparkan dan dikemas sedemikian rapi.

6)      Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam dongeng ini adalah orang ketiga serbatahu. Terlihat jelas karena pengarang menggunakan kata monyet sebagai pelaku utama dan kata kerbau sebagai tokoh yang lainnya.


LAMPIRAN OBJEK PENELITIAN


Dongeng Kerbau dan Monyet Licik

Jaman dahulu kala, ada seekor monyet yang sangat nakal. Di sangat rakus dan suka mencuri tanaman dan buah para petani. Perbuatanya yang sudah sangat keterlaluan, membuat para petani resah. Sehingga para petani mulai menjaga ladang mereka dengan ketat dan memasang berbagai perangkap. Tentu saja hal ini membuat monyet yang nakal itu kebingungan, karena jika sampai dia tertangkap, nyawanya bisa melayang. 

Pada suatu hari ketika si monyet tengah asik termenung menahan lapar di bawah pohon, dia melihat banyak burung-burung tengah terbang membawa buah anggur yang cukup segar. Melihat hal itu, air liur si monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun berteriak pada burung-burung itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan buah-buahan yang ranum itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun berhenti dan bertengger di atas pohon. Sambil memakan buah anggur, burung-burung itupun menjawab.." Kami mendapatkanya dari kebun di seberang sungai. Para petani di sana baik hati. Mereka tak akan mengusir atau melukai mu jika kau hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah, asal jangan kau makan buah yang masih ada di pohonnya". Jawab burung-burung itu. 

Mendengar jawaban itu, si monyet menjadi sangat girang. Diapun segera menuju kebun di seberang sungai, karena waktu itu sungai mengalir kecil karena musim kemarau, jadi si monyet dapat dengan leluasa menyeberangi sungai itu. Tapi karena sifatnya yang rakus, maka dia memakan semua buah anggur di kebun itu. Baik yang jatuh ke tanah, ataupun yang masih menggantung di pohon.

Berkali-kali si monyet mengulangi hal yang sama, hingga para petani di seberang sungai kini mulai resah. Mereka tak lagi seramah dulu, bahkan burung-burung kini juga di usir. Karena para petani tak tahu, bahwa yang merusak tanaman mereka adalah si monyet. Tapi meskipun sudah mulai di jaga, tapi si monyet tetap bisa dengan leluasa melakukan aksi nakalnya. Karena penjagaan tak begitu ketat, si monyet masih bisa mencari kelengahan para petani. Sehingga kelakuan si monyet kian hari kian menjadi. 

Tak terasa, masa sudah memasuki musim penghujan. Dan si monyet masih saja melakukan pencurian tanpa mau mendengar keluh kesah para petani yang mulai merugi. Si monyet sangat serakah dan rakus, sehingga yang dia fikirkan hanya kepentinganya sendiri. Tapi sial, waktu si monyet akan menyeberang sungai, ternyata sungai itu tengah meluap karena guyuran hujan di atas bukit. Hal tersebut membuat monyet sangat kebingungan, karena dia tak bisa berenang. 

Tapi monyet juga di kenal sebagai hewan yang licik, dia pun berfikir untuk mencari cara agar bisa menyeberang. Akhirnya, dia teringat pada sahabat lamanya, si kerbau. Kerbau adalah hewan yang cukup terkenal bisa berenang, dia adalah perenang yang hebat. Ahirnya, monyetpun menemui si kerbau untuk merayunya. "Hai kerbau sahabat ku, lama tak jumpa. Kenapa badan mu kini terlihat kurus?". Tanya monyet. "Ah, masak? Perasaan dari dulu tubuh ku tetap begini. Kau saja yang sekarang terlihat tambah gemuk". Jawab si Kerbau. "Hehehe.. Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong. 

"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.

Merasa tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat senang. Monyet dan kerbau pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan ketika menyeberangi sungai, si monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai di kebun, monyetpun segera makan dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena dia merasa semua buah itu memang sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga memakan semua buah di kebun dengan lahap sama seperti monyet. Tapi tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka telah di perhatikan oleh para petani dari tadi. Para petani memang sengaja bersembunyi untuk mencari tahu siap sebenarnya yang mencuri di kebun mereka selama ini. Setelah melìhat monyet dan kerbau tengah kekenyangan, merekapun langsung berusaha menyergap kerbau dan monyet. Monyet yang sadar akan bahaya yang datang, segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau yang kebingungan karena tak tahu masalah yang sebenarnya. 

Tapi insting kerbau sadar akan bahaya yang mengancam, hingga ahirnya dia pun berlari menyelamatkan diri. Para petani melempari dan mengusir mereka dengan batu, sehingga membuat tubuh kerbau terluka, di tambah semak belukar yang penuh duri membuat si kerbau semakin kesusahan. Sedangkan si monyet sudah tak kelihatan batang hidungnya, hal tersebut membuat kerbau sadar bahwa dia telah di tipu. Hal itu membuat si kerbau menjadi sakit hati pada monyet. 

Ahirnya, setelah beberapa lama berlari si kerbau sampai di tepi sungai. Dengan segera diapun masuk ke dalam sungai untuk mulai menyeberang. Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba si monyet muncul. Ternyata dari tadi si monyet bersembunyi di semak-semak karena tak bisa berenang. "Hai kerbau sahabat ku, tunggu aku..! Apa kau tega meninggalkan sahabat mu di sini?". Teriak si monyet. Melihat kedatangan si monyet, hati kerbau menjadi sangat dongkol. "Jika kau ingin ikut, cepatlah melompat ke punggung ku. Aku sedang buru-buru, jadi kalau tak segera melompat, kau akan ketinggalan". Jawab si kerbau dengan nada ketus. Mendengar itu, si monyetpun berlari dengan sekuat tenaga. Dia semakin panik ketika mendengar para petani yang mengejar telah ada di belakang mereka. Ahirnya setelah sampai pinggir sungai, si monyet segera melompat. Tapi na'as, karena perutnya terlalu kenyang, membuat tubuhnya bertambah berat dan kurang lincah. Si monyet tidak dapat sampai di punggung kerbau, dan ahirnya tercebur ke dalam sungai dan hanyut terbawa arus. Sedangkan si kerbau tak meperdulikan hal itu, dia lebih memilih segera lari menyelamatkan diri. Karena para petani sudah kian dekat dan siap menangkap mereka. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar