Di kala pagi itu, burung-burung sedang asik kejar-kejaran di bentangan karpet biru yang-Nya ciptakan dengan begitu megahnya. Ku lihat ke luar kaca jendela yang ada di bus, ku tatap pepohonan di seberang sana yang seakan melambai-lambai perjalanan kami. Perjalanan yang selalu aku kagumi. Bahkan sedetikpun aku tak ingin berpaling dari menikmati indahnya alam yang masih perawan ini. Di tambah lagi alunan musik yang semakin menambah kenyamanan.
Bus berhenti tepat di depan fakultas, aku segera bergegas menuju kelas bersama kedua temanku yang selalu pergi bersama, kemana saja. Namun saat ingin memasuki kelas, kelas masih tertutup rapat, bahkan orangpun belum ada hanya kami yang baru datang saja. Akhirnya kami memilih untuk duduk sambil menunggu pukul 8 karena perkuliahan akan di mulai pukul 8 pagi.
Tadi malam sebelum tidur sempat kulihat buku kuliahku, ternyata pagi ini kami masuk mata kuliah sanggar Bahasa dan Sastra. “Ah, membosankan”. Pikirku yang kesal karena aku memang tidak menyukai sastra awalnya. Ku lihat dosen perempuan ternyata. “Cantik.” Pikirku. Ia mulai membuka suara. “Lembut orangnya”.
“Ngarang puisi? Nanti dibacain ke depan kelas? Yang benar saja, mana aku bisa dengan suara cemprengku ini”. Gerutuku saat ia memberi tugas pada kami. Namun benar kata orang, “bisa karena terbiasa.” Bahkan sekarangpun aku sangat menyukai sastra dan terkadang di waktu luangku aku juga mengarang puisi dan cerpen.
Namun pertemuan kami singkat saja, sekitar berapa kali pertemuan karena kebetulan ibu sudah hamil tua dan akan cuti panjang, sayang sekali padahal aku masih ingin mendapat pengetahuan darinya yang sudah lama berkecipung dalam hal yang berbau sastra.
***
Banyak hal baru yang ku dapatkan saat aku di sini, di kampusku. Pelajaran berharga pun aku dapatkan dari dosen yang mengajar mata kuliah pkn. Dosen laki-laki memang, tapi bukan karena aku tertarik pada tampangnya, aku tertarik dengan cara ia mengajar. Aku benar-benar kagum dengan apa yang ia berikan. Tak membosankan, padahal dari SD bahkan sampai SMA, aku paling anti sekali masuk mata pelajaran pkn, membosankan. Karena memang begitu kenyataannya. Namun bapak ini begitu unik, ia selalu bisa membuka wawasan kami. Dan mendobrak jalan fikiran kami yang masih ketinggalan. “Jangan sampai di tipu massa.” Katanya saat itu di sela-sela pembicaraan kami. Bahkan karena di ajar olehnya aku sampai menyukai berita-berita tentang pemerintah, yang dulunya aku sangat anti sekali. Mendengar kata pemerintah saja aku sudah malas. Penampilannya yang simple pun menambah kekagumanku padanya. Ada beberapa pertanyaan yang masih teringat jelas di ingatanku yang ia berikan.
“Ada seorang nenek yang mencuri makanan demi cucunya yang kelaparan lalu ia pun keathuan dan dipenjara bahkan dibawa sampai ke pengadilan, jadi menurut kalian siapa yang salah? Padahal orang miskin dalam undang-undang dilindungi oleh Negara.” tanyanya mantap.
Kami terdiam, tak ada satupun dari kami yang membuka suara. Suasana hening seketika, akhirnya dia mulai bercerita panjang lebar, ia tak pernah memberikan jawaban yang pasti ia selalu memberikan jawaban yang akhirnya kami cerna sendiri dan terkadang akupun tak mendapat jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaannya yang seperti itu. Namun banyak hal lain yang aku dapatkan daripada jawaban itu sendiri.
“Kalian buat projek kemanusiaan selama perkuliahan dengan saya.” Katanya.
“Projek kemanusiaan? Apa tu ka?” kata teman sebelahku.
“Tak tau”. Jawabku.
Seketika kelas menjadi riuh atas tugas yang ia berikan padahal bapak pun belum beranjak dari kelas. Ia diam, lama juga. Akhirnya kami sadar ia diam karena kami berisik.
“Menarik caranya.” Pikirku.
Projek kemanusiaan itu adalah aktivtas yang kalian lakukan setiap hari sampai jangka waktu yang ditentukan. Kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain misalnya menyebrangkan anak sekolah di jalanan. Membantu membawakan barang-barang belanjaan ibu-ibu di pasar dan sebagainya.
Di pertemuan berikutnya…
“Artika, ambil projek apa? Lalu ceritakan apa dari awal sampai sekarang apa yang terjadi dengan projekmu.” tanyanya kepadaku karena namaku berada di absen pertama.
Aku menjawab singkat sekali begitu juga dengan beberapa temanku yang lainnya dan akhirnya ia berhenti memanggil dan menjelaskan tingkatan dari jawaban kami. Secara tidak langsung yang dapat aku petik dari penjelasannya adalah penjelasan yang baru ku jawab beberapa menit yang lalu, layaknya jawaban anak TK.
“Kalian tahu kita umat muslim punya kewajiban atas tetangga kita, jika tetangga kita kelaparan sementara kita selalu makan enak. Maka kita akan bertanggung jawab pada akhirnya, karena kita semua seluruh umat muslim adalah bersaudara. Jadi kita harus peduli terhadap saudara kita.” Seperti itulah kiranya penjelasannya di lain waktu.
“Baiklah kita mulai ujian kita, kalian boleh melihat buku”. Aku sangat senang sekali mendengar pernyataannya. Namun setelah ia memberikan soalan yang pertama, aku kaget bukan main, soalan yang berikan adalah soalan yang membutuhkan jawaban berdasarkan logika masing-masing. Soalan yang ia berikan benar-benar membuat aku bingung, akhirnya aku hanya mengarang indah saja. Lumayanlah daripada materi yang keluar, pasalnya tadi malam aku tidak begitu focus belajar, menghapal materi lebih tepatnya.
Saat fikiranku buntu pada beberapa soalan yang diberikan, aku lebih memilih melamun. Tiba-tiba aku jadi teringat pada saat aku dan teman sekelasku dimarahi oleh dosen pengganti linguistik. Bayangkan saja 3 kali pertemuan bersamanya kami hanya mendengar santapan rohani darinya. “Agak cerewet ya”. Kata teman-temanku sekelas akupun sempat berfikiran seperti itu. Ada saja yang salah, namun sebenarnya salah kami juga, karena saat akan tampil diskusi, kelompok yang akan tampil tidak menyediakan persiapan dengan matang. Dosen mana coba yang tidak marah-marah begitu.
Namun dibalik itu semua ia memberikan motivasi yang begitu membekas di ingatan ini. Motivasi yang bisa membangkitkan bagi mahasiswa baru seperti kami ini. Tiba-tiba aku jadi teringat pada dosenku saat ceritanya mulai membosankan.
“Orang yang curhat hanya butuh di dengarkan bukan di nasehati karena sampai besok berbuih pun kalian memberi nasehat, ia taka akan mendengarkan itu. Ia hanya butuh di dengarkan tunggulah sampai kesedihannya reda, baru perlahan-lahan beri masukan padanya”. Katanya di sela sela ia menjelaskan materi.
Dosen ini juga salah satu dosen yang favorit karena cara mengajarnya yang asik. Namun pernah suatu ketika teman sekelasku adayang salah memberitahu tentang jam kuliah kami selanjutnya karena ia ingin mengambil waktu yang lebih lama sekitar sejam setelah jam kuliah kami berakhir menurut jadwal, namun karena temanku salah memberitahu akhirnya ia tidak jadi meneruskan. Di pertemuan selanjutnya ia marah dan langsung meninggalkan kelas padahal ia baru saja masuk. Ia berfikir kami membohonginya, dan teman-temanku pun akhirnya segera menyusulnya dan meminta maaf padanya.
“Bahaya ni dosen.” Kata teman-teman sekelas.
Namun setelah kejadian itu ibu lebih bersahabat pada kami dan asik juga. Ia membongkar semua gedok guru di sekolah yang umumnya terjadi yang tidak kami ketahui. Kenapa? Karena pada akhirnya kamipun akan menjadi seperti mereka juga. Aamin. Pekerjaan yang mulia bukan.
Jumat, 29 Juli 2016
Rabu, 27 Juli 2016
ANALISIS
STRUKTUR DALAM DONGENG
“KERBAU DAN MONYET LICIK”
A. Deskripsi Data
a.
Sinopsis
Dongeng “Kerbau dan Monyet Licik”
Pada suatu hari saat monyet yang sedang
kelaparan, tiba-tiba ia melihat burung-burung membawa anggur lalu ia bertanya
pada burung itu dari mana mereka
mendapatkannya lalu burung itupun memberitahu bahwa ia mendapatkan dari kebun
yang ada dis eberang sungai, mereka mengambil buah-buahan yang sudah jatuh dari
pohon dan tentu saja para petani tidak mengusir mereka. Si burung pun berpesan agar
jangan sampai monyet mengambil yang masih di pohon. Mendengar itu, si monyet
segera menuju kebun di seberang sungai, karena waktu itu musim kemarau dan
sungai mengalir kecil. Karena si monyet rakus maka ia memakan semua buah, baik
yang jatuh ataupun masih menggantung di pohon. Tentu saja para petani mulai
resah dan mulai menjaga kebun mereka dengan ketat.
Tak terasa musim penghujan
tiba, dan si monyet mulai kebingungan bagaimana ia bisa ke kebun di seberang
sungai itu lagi sementara sungai meluap karena guyuran hujan. Monyet mulai
mencari cara, tiba-tiba ia teringat akan sahabatnya si kerbau. Kerbau terkenal
sebagai hewan yang pandai berenang. Akhirnya ia menipu kerbau dan mengatakan
pada kerbau bahwa petani di seberang sungai sengaja menyediakan buah-buahan itu
untuk monyet, tanpa menaruh curiga si kerbau percaya dan menuruti kemauan
monyet. Sesampainya kerbau memakan buah itu dengan lahap sama halnya dengan
monyet. Si monyet yang sadar akan bahaya karena gerak-gerik mereka diperhatikan
oleh petani ia pun segera meninggalkan kebun dan kerbau. Dan akhirnya kerbaupun
sadar akan bahaya itu, akhirnya ia lari meninggalkan kebun. Sesampainya di
sungai saat kerbau ingin menyebrang, tiba-tiba monyet keluar dari
persembunyiannya di balik semak karena ia tidak bisa menyebrang, akhirnya
monyet minta tolong pada kerbau. Melihat monyet hati kerbau menjadi dongkol.
Jadi ia menyuruh monyet untuk melompat ke punggungnya namun monyet malah
tercebur ke sungai.
b. Analisis
Data
1. Dongeng “Kerbau dan Monyet Licik”
a. Struktur Dongeng
1) Alur
Untuk menemukan struktur alur yang
digunakan oleh pengarang di dalam dongeng ini, peneliti berusaha melihat
rangkaian peristiwa yang terdapat di dalam dongeng. Rangkaian peristiwa
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Monyet yang sedang menahan lapar melihat
burung membawa buah anggur.
2.
Burung memberitahu monyet ia mendapat
dari kebun seberang.
3.
Monyet pergi ke kebun dan menakan semua
buah-buahan.
4.
Para petani resah dan menjaga kebun
dengan ketat.
5.
Namun monyet selalu mencari kelengahan
petani.
6.
Musim penghujan tiba.
7.
Monyet bingung karena sungai meluap dan
ia tak bisa berenang.
8.
Monyet meminta bantuan kerbau yang
pandai berenang.
9.
Monyet mendatangi kerbau dan menipu
kerbau agar mau menghantarkannya.
10. Monyet
dan kerbau sampai di kebun dan mereka memakan dengan lahapnya.
11. Monyet
sadar akan bahaya lalu lari meninggalkan kerbau.
12. Kerbau
pun akhirnya sadar akan bahaya dan ia segera berlari.
13. Kerbau
sampai di sungai monyet menghampiri.
14. Monyet
ingin menumpang, kerbau dongkol dan menyuruh monyet untuk melompat ke
punggungnya.
15. Monyet
jatuh ke sungai.
1
2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12
13 14 15
Bagan 4.1 Urutan Sekuen Dongeng “Kerbau
dan Monyet Licik”
Dongeng ini terdiri dari 15 sekuen berada
pada saat penceritaan. Maka jelaslah bahwa secara kronologis alur cerpen ini
disusun menggunakan alur maju karena tidak ada sedikitpun menampilkan kejadian
di masa lalu. Pada bagian awal cerpen ini terlihat monyet yang kelaparan
kemudian ia melihat burung-burung yang membawa buah-buahan akhirnya burung
memberitahukan dimana ia mendapatkan dan si monyet yang rakus pun memakan semua
buah-buahan di kebun seberang sungai seperti yang di beritahu burung. Padahal
burung sudah memberitahu bahwa jangan memakan yang di atas pohon namun karena monyet
rakus ia tak mendengarkan. Musim hujan tiba, monyet meminta bantuan kerbau dan
menipu kerbau. Kerbau percaya dan memakan buah dengan lahap tanpa curiga.
Monyet yang sadar akan bahaya meninggalkan kerbau begitu juga kerbau namun saat
akan menyebrang monyet muncul dan kerbau menyuruh agar monyet segera melompat
namun monyet jatuh ke sugai.
2)
Penokohan
a. Monyet
Monyet adalah hewan yang nakal, ia rakus karena
memakan buah para petani baik yang jatuh maupun di pohon semuanya.
“Tapi
karena sifatnya yang rakus, maka dia memakan semua buah anggur di kebun itu.
Baik yang jatuh ke tanah, ataupun yang masih menggantung di pohon.”
Selain itu, dalam dongeng ini juga dipaparkan bahwa
Monyet merupakan hewan yang licik ia menipu sahabatnya si kerbau yang pandai
berenang. Terlihat pada kutipan berikut.
“Hehe, bagaimana aku tak gemuk? Aku
makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang sungaisana, selalu memberiku
makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan semua buah di kebunnya”. Kata si
monyet mulai berbohong.”
b.
Kerbau
Kerbau
merupakan hewan yang baik. Kerbau adalah hewan yang pandai sekali berenang. Ia
terkenal dengan kehebatan berenangnya.
"Hehehe..
Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang
sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan
semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong.
"Wah, benarkah itu? Beruntung
sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk".
Kata si
kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau,
makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian,
maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau
sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau.
"Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana
sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air
sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi.
"Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri,
aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.
Pada
kutipan di atas juga terlihat kerbau yang begitu mempercayai monyet namun
monyet menipunya. Ia hewan yang baik dan bersahabat.
3)
Latar
Ruang lingkup sebuah
karya sastra fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh
si pengarang. Pada bagian latar ini akan diuraikan latar tempat dan latar waktu
yang menjadi latar dari peristiwa yang dialami oleh para tokoh di dalam dongeng
ini. Latar tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a.
Latar tempat
Hutan merupakan ruang
bergerak dalam dongeng ini. Di dalam hutan pengarang menggambarkan tokoh serta
peristiwa yang dialami para tokoh yang sememangnya binatang itu tinggal di
hutan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Pada
suatu hari ketika si monyet tengah asik termenung menahan lapar di bawah pohon,
dia melihat banyak burung-burung tengah terbang membawa buah anggur yang cukup
segar. Melihat hal itu, air liur si monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun
berteriak pada burung-burung itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan
buah-buahan yang ranum itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun
berhenti dan bertengger di atas pohon. Sambil memakan buah anggur,
burung-burung itupun menjawab.." Kami mendapatkanya dari kebun di seberang
sungai. Para petani di sana baik hati. Mereka tak akan mengusir atau melukai mu
jika kau hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah, asal jangan kau
makan buah yang masih ada di pohonya". Jawab burung-burung itu.”
Dari kutipan di atas
terlihat bahwa hutan merupakan tempat tinggal monyet dan kerbau, yang kemudian
mereka pergi mencari makan kebun yang ada di seberang sungai.
b.
Latar waktu
Latar waktu digunakan dengan tujuan
melukiskan kapan suatu peristiwa terjadi. Latar waktu pada dongeng ini sangat
erat kaitannya dengan latar tempat yang sudah dipaparkan sebelumnya. Latar
waktu dalam dongeng ini dimulai pada waktu siang hari saat Monyet sedang duduk di bawah pohon sambil menahan lapar.
“Pada suatu hari ketika si monyet tengah asik
termenung menahan lapar di bawah pohon, dia melihat banyak burung-burung tengah
terbang membawa buah anggur yang cukup segar. Melihat hal itu, air liur si
monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun berteriak pada burung-burung
itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan buah-buahan yang ranum
itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun berhenti dan bertengger di
atas pohon.”
Dari kutipan di atas sangatlah jelas peristiwa ini terjadi di siang hari
karena burung-burung yang sedang mencari makan. Dan monyet yang duduk di bawah
pohon.
4)
Tema
Tema
merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam
dongeng. Karena tema cerita tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang,
maka untuk mempermudah menentukan tema, peneliti mencoba mengemukakan konflik
utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah sebagai
berikut.
“Merasa
tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat senang. Monyet dan kerbau
pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan ketika menyeberangi sungai, si
monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai di kebun, monyetpun segera makan
dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena dia merasa semua buah itu memang
sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga memakan semua buah di kebun
dengan lahap sama seperti monyet. Tapi tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka
telah di perhatikan oleh para petani dari tadi. Para petani memang sengaja
bersembunyi untuk mencari tahu siap sebenarnya yang mencuri di kebun mereka
selama ini. Setelah melìhat monyet dan kerbau tengah kekenyangan, merekapun
langsung berusaha menyergap kerbau dan monyet. Monyet yang sadar akan bahaya
yang datang, segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau yang
kebingungan karena tak tahu masalah yang sebenarnya.”
Berdasarkan kutipan di atas jelaslah
bahwa tema yang diangkat oleh pengarang dalam dongeng ini menyangkut
permasalahan hidup yang terkadang juga dialami manusia. Monyet yang serakah dan
menipu sahabatnya.
"Hehehe..
Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang
sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan
semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong.
"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.
"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.
Merasa tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat
senang. Monyet dan kerbau pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan
ketika menyeberangi sungai, si monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai
di kebun, monyetpun segera makan dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena
dia merasa semua buah itu memang sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga
memakan semua buah di kebun dengan lahap sama seperti monyet.”
5)
Amanat
Amanat
di dalam dongeng ini adalah jangan suka membohongi teman demi mendapatkan apa
yang diinginkan karena apapun yang dilakukan dengan cara tidak baik akan
mendapatkan balasannya sendiri dan setialah pada sahabat. Dan ini terbukti oleh
dongeng ini yang sengaja dipaparkan dan dikemas sedemikian rapi.
6)
Sudut
Pandang
Sudut
pandang yang digunakan dalam dongeng ini adalah orang ketiga serbatahu. Terlihat
jelas karena pengarang menggunakan kata monyet sebagai pelaku utama dan kata
kerbau sebagai tokoh yang lainnya.
LAMPIRAN OBJEK PENELITIAN
Dongeng Kerbau dan Monyet Licik
Jaman dahulu kala, ada
seekor monyet yang sangat nakal. Di sangat rakus dan suka mencuri tanaman dan
buah para petani. Perbuatanya yang sudah sangat keterlaluan, membuat para petani
resah. Sehingga para petani mulai menjaga ladang mereka dengan ketat dan
memasang berbagai perangkap. Tentu saja hal ini membuat monyet yang nakal itu
kebingungan, karena jika sampai dia tertangkap, nyawanya bisa melayang.
Pada suatu hari ketika si monyet tengah asik termenung menahan lapar di bawah pohon, dia melihat banyak burung-burung tengah terbang membawa buah anggur yang cukup segar. Melihat hal itu, air liur si monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun berteriak pada burung-burung itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan buah-buahan yang ranum itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun berhenti dan bertengger di atas pohon. Sambil memakan buah anggur, burung-burung itupun menjawab.." Kami mendapatkanya dari kebun di seberang sungai. Para petani di sana baik hati. Mereka tak akan mengusir atau melukai mu jika kau hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah, asal jangan kau makan buah yang masih ada di pohonnya". Jawab burung-burung itu.
Mendengar jawaban itu, si monyet menjadi sangat girang. Diapun segera menuju kebun di seberang sungai, karena waktu itu sungai mengalir kecil karena musim kemarau, jadi si monyet dapat dengan leluasa menyeberangi sungai itu. Tapi karena sifatnya yang rakus, maka dia memakan semua buah anggur di kebun itu. Baik yang jatuh ke tanah, ataupun yang masih menggantung di pohon.
Berkali-kali si monyet mengulangi hal yang sama, hingga para petani di seberang sungai kini mulai resah. Mereka tak lagi seramah dulu, bahkan burung-burung kini juga di usir. Karena para petani tak tahu, bahwa yang merusak tanaman mereka adalah si monyet. Tapi meskipun sudah mulai di jaga, tapi si monyet tetap bisa dengan leluasa melakukan aksi nakalnya. Karena penjagaan tak begitu ketat, si monyet masih bisa mencari kelengahan para petani. Sehingga kelakuan si monyet kian hari kian menjadi.
Tak terasa, masa sudah memasuki musim penghujan. Dan si monyet masih saja melakukan pencurian tanpa mau mendengar keluh kesah para petani yang mulai merugi. Si monyet sangat serakah dan rakus, sehingga yang dia fikirkan hanya kepentinganya sendiri. Tapi sial, waktu si monyet akan menyeberang sungai, ternyata sungai itu tengah meluap karena guyuran hujan di atas bukit. Hal tersebut membuat monyet sangat kebingungan, karena dia tak bisa berenang.
Tapi monyet juga di kenal sebagai hewan yang licik, dia pun berfikir
untuk mencari cara agar bisa menyeberang. Akhirnya, dia teringat pada sahabat
lamanya, si kerbau. Kerbau adalah hewan yang cukup terkenal bisa berenang, dia
adalah perenang yang hebat. Ahirnya, monyetpun menemui si kerbau untuk
merayunya. "Hai kerbau sahabat ku, lama tak jumpa. Kenapa badan mu kini terlihat
kurus?". Tanya monyet. "Ah, masak? Perasaan dari dulu tubuh ku tetap
begini. Kau saja yang sekarang terlihat tambah gemuk". Jawab si Kerbau.
"Hehehe.. Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang
ada di seberang sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan
menghabiskan semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong.
"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat girang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu masalah gampang, kau bisa naik kepunggung ku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau.
Merasa tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat senang. Monyet dan kerbau pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan ketika menyeberangi sungai, si monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai di kebun, monyetpun segera makan dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena dia merasa semua buah itu memang sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga memakan semua buah di kebun dengan lahap sama seperti monyet. Tapi tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka telah di perhatikan oleh para petani dari tadi. Para petani memang sengaja bersembunyi untuk mencari tahu siap sebenarnya yang mencuri di kebun mereka selama ini. Setelah melìhat monyet dan kerbau tengah kekenyangan, merekapun langsung berusaha menyergap kerbau dan monyet. Monyet yang sadar akan bahaya yang datang, segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau yang kebingungan karena tak tahu masalah yang sebenarnya.
Tapi insting kerbau sadar akan bahaya yang mengancam, hingga ahirnya dia pun berlari menyelamatkan diri. Para petani melempari dan mengusir mereka dengan batu, sehingga membuat tubuh kerbau terluka, di tambah semak belukar yang penuh duri membuat si kerbau semakin kesusahan. Sedangkan si monyet sudah tak kelihatan batang hidungnya, hal tersebut membuat kerbau sadar bahwa dia telah di tipu. Hal itu membuat si kerbau menjadi sakit hati pada monyet.
Ahirnya, setelah beberapa lama berlari si kerbau sampai di tepi sungai. Dengan segera diapun masuk ke dalam sungai untuk mulai menyeberang. Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba si monyet muncul. Ternyata dari tadi si monyet bersembunyi di semak-semak karena tak bisa berenang. "Hai kerbau sahabat ku, tunggu aku..! Apa kau tega meninggalkan sahabat mu di sini?". Teriak si monyet. Melihat kedatangan si monyet, hati kerbau menjadi sangat dongkol. "Jika kau ingin ikut, cepatlah melompat ke punggung ku. Aku sedang buru-buru, jadi kalau tak segera melompat, kau akan ketinggalan". Jawab si kerbau dengan nada ketus. Mendengar itu, si monyetpun berlari dengan sekuat tenaga. Dia semakin panik ketika mendengar para petani yang mengejar telah ada di belakang mereka. Ahirnya setelah sampai pinggir sungai, si monyet segera melompat. Tapi na'as, karena perutnya terlalu kenyang, membuat tubuhnya bertambah berat dan kurang lincah. Si monyet tidak dapat sampai di punggung kerbau, dan ahirnya tercebur ke dalam sungai dan hanyut terbawa arus. Sedangkan si kerbau tak meperdulikan hal itu, dia lebih memilih segera lari menyelamatkan diri. Karena para petani sudah kian dekat dan siap menangkap mereka.
Analisis cerpen
ANALISIS
STRUKTUR DALAM CERPEN “PAK KODIR”
KARYA
KEN HANGGARA
A. Deskripsi Data
Forum Aktif Menulis (FAM) adalah organisasi
kepenulisan nasional yang bertujuan untuk menyebarkan semangat cinta menulis di
kalangan generasi muda. FAM bertekad membina anak-anak bangsa untuk cinta
menulis dan gemar membaca buku. FAM Indonesia memiliki ribuan anggota yang
tersebar di berbagai kota di Indonesia dan mancanegara khususnya di
sekolah-sekolah dan melebur di tengah masyarakat dalam berbagai kegiatan
kepenulisan.
a. Biografi
Tokoh
1.
Ken Hanggara
Ken Hanggara
(IDFAM801M, anggota Forum Aktif Menulis atau disingkat dengan FAM, Surabaya)
adalah nama pena dari Erlangga Setiawan. Penulis lahir di Sidoarjo, 21 Juni 1991. Menulis
puisi, cerpen, novel, dan esai. Karya-karyanya terbit di berbagai media local
maupun nasional. Ia pernah menjuarai 2 kategori bahasa Indonesia di ASEAN Young
Writer Award 2014 dan menjabat Unsa Ambassador 2015.
b. Sinopsis Cerpen “Pak Kodir” Karya
Ken Hanggara
Berkumpulnya orang-orang di masjid yang sibuk
melihat mayat Pak Kodir dalam keadaan sujud. Pak Kodir yang terkenal karena
baik hatinya dan sotonya yang enak. Berita meninggalnya langsung tersebar luas
dan orang-orang hanya menceritakan kebaikan-kebaikan yang ia lakukan selama
hidupnya. Tidak ada
yang bicara keburukan; semua kenal beliau baik dan suka memberi makan
gelandangan, pengemis, atau sesekali orang gila. Siapa pun mampir ke warungnya,
tetapi tidak bawa uang, tidak perlu khawatir, karena Pak Kodir bakal memberi
seporsi gratis buat mereka.
Bagi Pak
Mudakir, penjual gulai yang berdiri di seberang warung Pak Kodir berkata bahwa
meberi makan orang banyak itu jelas merugikan baginya. Namun Pak Kodir pada
dasarnya baik, jadi tindakan itu bukan masalah. Karena ia suka menghangatkan
perut orang.
Pak Kodir tidak memiliki anak dan istrinya sudah
meninggal. Satu kali
menikah, satu kali perpisahan karena kematian; itulah kisah asmara Pak Kodir
yang tidak mencintai dunia secara berlebih. Ia hanya bahagia hidup di dunia ini
karena di sini ia bisa berbagi.
Banyak
penjual seperti Mudakir yang heran dan tidak habis pikir; bagaimana bisa ada
penjual seperti Pak Kodir ini? Berjualan adalah cara mereka menyambung hidup,
tetapi berjualan cara Pak Kodir seperti tidak masuk akal. Lagi pula,
satu-satunya rezeki beliau cuma dari jualan soto.
Para
pedagang lain berfikir bahwa pak mudakir punya pesugihan, bahkan mereka
berfikir bahwa semua kebaikannya hanya sebagai penutup kedoknya yang suka pergi
ke dukun. Namun dugaan itu tidak terbukti karena ia selalu ke masjid, tidak ada
yang sesering itu pergi ke masjid selain Pak Kodir.
Pernah
suatu pagi ia mendapat uang kembalian yang besar dari ibu-ibu dan pernah juga
ia memberi makan bocah pengamen, anak itu bercerita ke semua orang dan tersebar
luaslah cerita kebaikannya dan enaknya soto yang ia jual.
Begitulah
cara aneh Tuhan membalas kebaikan Pak Kodir, hingga orang-orang menemukan niat
Pak Kodir yang akan membangun masjid di daerah tempat tinggalnya. Semua orang
merasa kehilangan Pak Kodir dan semua orang yang menuduh ia merasa bersalah
karena dugaan itu benar-benar tak terbukti.
Setelah
ditemukan meninggal, mayatnya langsung dikuburkan. Toni selalu bertanya tentang
bagaimana Pak Kodir menata niat seperti itu namun beliau selalu menjawabnya
dengan kalimat bahwa Kita punya rahasia dengan Allah. Dia Maha Tahu dan kita
tidak tahu apa-apa. Dia sudah tahu apa yang kita niatkan dan lakukan apa yang
menurut kita biak. Niat tidak perlu diumbar, yang penting menghasilkan kebaikan
buat orang sekitar.
B.
Analisis Data
1.
Cerpen
“Pak Kodir” karya Ken Hanggara
a.
Struktur
Cerpen
1)
Alur
Untuk
menemukan struktur alur yang digunakan oleh pengarang di dalam cerpen ini,
peneliti berusaha melihat rangkaian peristiwa yang terdapat di dalam cerpen.
Rangkaian peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Orang-orang berkumpul di masjid, melihat
tontonan mayat Pak Kodir dalam posisi sujud.
2.
Kabar meninggalnya Pak Kodir langsung
tersebar luas dan semua orang hanya menceritakan semua kebaikannya.
3.
Kebaikan-kebaikan Pak Kodir semasa hidup
mulai diungkit kembali.
3.1 Bagi Pak Mudakir memberi orang makan secara gratis itu rugi.
3.2 Namun
Pak Kodir malah suka membagikan sotonya secara gratis.
3.3 Istri pak Kodir sudah lama meninggal dan ia
tak memiliki anak, hanya sekali menikah. Begitulah kisah asramanya yang tidak
mencintai dunia secara berlebihan.
3.4 Orang-orang sering memanfaatkan kebaikan Pak
Kodir dengan sengaja mengatakan bahwa mereka tak membawa dompet dan gratislah
makanan yang mereka santap.
3.5
Ada juga orang-orang yang secara
langsung meminta soto gratis dan Pak Kodir melayaninya sama dengan yang
membayar.
3.6 Pak Mudakir dan pedagang lainnya heran
dengan Pak Kodir yang suka memberi makan gratis pada pelanggannya yang lupa
membawa dompet.
3.7 Pedagang lain berfikir bahwa Pak Kodir
punya pesugihan karena penghasilannya hanya dari berjualan soto di pertigaan
jalan tersebut.
3.8
Bahkan ada yang berfikir membagikan
soto secara gratis adalah kedok Pak Kodir untuk menutupi keburukannya yang
sering ke dukun.
3.9
Namun
dugaan Pak Kodir punya pesugihan tak terbukti karena ia selalu ke masjid.
3.10 Pak Kodir malah tertawa dan beristigfar saat
ia tahu orang-orang mengatakan bahwa ia punya pesugihan.
3.11 Suatu hari ada ibu-ibu membeli soto untuk
anaknya karena terburu-buru uang kembaliannya untuk Pak Kodir.
3.12 Pernah juga Pak Kodir memberi makan anak
pengamen lalu berita tentang lezatnya soto miliknya tersebar luas.
3.13 Ada saja cara aneh Tuhan membalas kebaikan Pak
Kodir.
4. Pak Kodir punya niat untuk membangun mesjid
dan niat Pak Kodir itu hanya ditulisnya di selembar kertas di dalam dompet
miliknya, orang-orang menemukannya dan ketahuanlah rencana Pak Kodir itu.
5. Warga
kampung akhirnya sadar bahwa Pak Kodir tidak punya pesugihan dan merasa
kehilangan.
6. Setelah
ditemukan meninggal dalam posisi sujud, jasadnya langsung di kuburkan.
7. Si
tokoh aku (Toni) bingung bagaimana bisa
menata niat seperti Pak Kodir.
8. Pak
Kodir selalu menjawab pertanyaan Toni berupa niat tidak perlu diumbar
lakukanlah yang baik-baik saja. Lakukanlah yang bermanfaat bagi orang lain
karena Allah Maha Tahu.
1 2 4
5 6 7
8
Bagan 4.1 Urutan Sekuen Cerpen “Pak Kodir”
Bulatan yang tidak tertutup menunjukkan
ingatan tokoh aku (Toni) tentang kebaikan-kebaikan Pak Kodir semasa hidup,
sedangkan angka menunjukkan sekuen. Cerpen ini terdiri dari 8 sekuen berada
pada saat penceritaan, dan 13 sekuen
berada pada sorot balik (3.1-3.13), jadi
seluruhnya ada 21 sekuen. Apabila diperhatikan, jumlah sekuen pada sorot balik
(13 sekuen) lebih banyak daripada jumlah sekuen pada saat penceritaan. Maka
jelaslah bahwa secara kronologis alur cerpen ini disusun menggunakan alur
mundur atau sorot balik. Pada bagian awal cerpen ini menceritakan tentang
orang-orang yang berkumpul karena melihat mayat Pak Kodir dalam posisi sujud,
berita meninggalnya langsung tersebar luas. Orang-orang hanya menceritakan
kebaikannya, kebaikan yang berupa selalu memberikan soto gratis pada
pelanggannya, namun pedagang lain berfikir bahwa Pak Kodir punya pesugihan
karena satu-satunya penghasilan Pak Kodir dari berjualan soto. Semua
kebaikannya itu hanya kedoknya agar terlihat baik untuk menutupi keburukannya
yang sering ke dukun, namun dugaan itu jelas tidak benar karena Pak Kodir
selalu ke masjid dan rajin beribadah. Setelah ditemukan meninggal tidak butuh
waktu lama Pak Kodir sudah dikuburkan dan semua yang menuduhnya menyesal dan
merasa kehilangan sosoknya. Toni (aku) bingung bagaimana menata niat seperti
yag dilakukan Pak Kodir dan Pak Kodir selalu menjawab pertanyaannya dengan
pernyataan bahwa niat tak perlu diumbar dan lakukan hal yang baik dan bermanfaat
bagi orang lain, Allah yang mengatur karena Allah Maha Mengetahui.
2)
Penokohan
a.
Pak Kodir
Pak Kodir
merupakan sosok orang yang baik dan suka menolong. Ia selalu memberikan soto
gratis pada orang yang dompetnya ketinggalan saat makan sotonya dan suka membagikan
sotonya secara gratis bila sotonya tidak terjual habis.
“Begitu
hafalnya watak orang akan tabiat nyaris malaikat dari Pak Kodir, maka tak
jarang orang memanfaatkannya.”
Pelanggan
soto kadang sengaja datang tidak membawa dompet. Begitu selesai makan,
beralasan, "Waduh, Pak, dompet ketinggalan nih!"
Dan
Pak Kodir pun melambaikan tangan, "Santai. Berarti itu rezekimu."
Berdasarkan
kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Kodir adalah orang yang baik dan suka
menolong sesama. Cerpen ini juga memaparkan bahwa Pak Kodir tidak memiliki anak
dan istinya sudah lama meninggal dunia, tinggallah ia sebata kara. Selain itu,
dalam cerpen ini juga dipaparkan bahwa Pak Kodir orang yang soleh, rajin
beribadah dan yang pasti selalu pergi ke masjid. Bahkan Pak Kodir punya niat
untuk membangun masjid dari uang hasil jualan sotonya. Hal ini terungkap dari
pernyataan Pak Kodir saat ia mendengar fitnah dari orang yang mengatakan ia
punya pesugihan.
"Orang
seharusnya tahu, rezeki ini datang dari Allah. Diturunkan dari langit, dan
keluar dari perut bumi. Semua yang kita kerjakan, semua yang kita doakan,
selalu ada balasan yang setimpal," kata Pak Kodir, jika ada yang bercerita
bagaimana orang-orang curiga ia memiliki pesugihan. Pak Kodir
tertawa dan istighfar beberapa kali.
3) Latar
Ruang lingkup sebuah karya sastra fiksi hakikatnya
adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh si pengarang. Latar
menyangkut ruang dimana peristiwa itu berlangsung. Oleh karena itu, latar tidak
hanya merupakan bentukan sebuah tempat yang diciptakan; melainkan ruang waktu
dan latar budaya bisa saja muncul dalam latar itu. Pada bagian latar ini akan
diuraikan latar tempat dan latar waktu yang menjadi latar dari peristiwa yang
dialami oleh para tokoh di dalam cerpen ini. Latar tersebut akan diuraikan
sebagai berikut.
a. Latar
tempat
Masjid merupakan ruang bergerak dalam cerpen ini. Di
dalam masjid tersebut pengarang menggambarkan keberadaan tokoh serta peristiwa
yang dialami oleh para tokoh. Hal ini
dapat dilihat dari saat pertama si pengarang membuka cerita.
“Orang-orang berkumpul di masjid pagi
itu, menonton seorang ahli ibadah sedang berada dalam posisi sujud selama lebih
dari satu jam. Tentu saja beliau sudah mangkat. Orang memanggilnya Pak Kodir.
Sehari-hari jualan soto di pertigaan dan semua orang kenal soto ayamnya yang
lezat. Jadi, ketika kabar ini merebak, orang-orang pun berpikir, "Siapa
yang jual soto seenak itu lagi, ya?"
Dari kutipan di atas terlihat bahwa di masjid
merupakan tempat pertama yang digunakan pengarang saat memulai cerpennya.
Kemudian pengarang menceritakan kembali kebaikan-kebaikan Pak Kodir semasa
hidup yang berjualan soto di pertigaan, tempat dimana ia mencari nafkah untuk
dirinya sendiri karena ia tidak meiliki anak dan istrinya sudah meninggal.
Kemudian ada juga saat di pemakaman, tapi hanya beberapa peristiwa saja sebagai
pendukung, terlihat dari kutipan berikut.
“Tidak
butuh waktu lama, setelah ditemukan mangkat dalam posisi
sujud, jasad itu telah diuruk tanah dan batu nisan telah tertancap dengan
tulisan: Pak Kodir bin Jaelani. Di bawah ada tanggal lahir dan tanggal beliau
wafat. Ditulis secara sederhana, dengan torehan huruf agar berantakan, karena
yang menulis itu tidak kuat menahan tangisnya. Padahal, ia dianggap paling
tegar, karena semua yang di sana tidak bisa menulis lebih baik. Orang-orang
gemetar begitu hebatnya, hingga ada yang tak kuat berdiri.”
b. Latar waktu
Latar
waktu digunakan dengan tujuan melukiskan kapan suatu peristiwa terjadi. Latar
waktu pada cerpen ini sangat erat kaitannya dengan latar tempat yang sudah
dipaparkan sebelumnya. Latar waktu dalam cerpen ini dimulai pada waktu pagi
hari saat orang-orang sedang berkumpul
melihat tontonan mayat Pak Kodir dalam posisi sujud di dalam masjid. Latar
waktu yang mengatakan kejadiannya terjadi pada pagi hari terlihat jelas pada
kutipan berikut.
“Pagi
itu menjadi pagi paling mengharukan; kematian Pak Kodir membuat banyak orang
kehilangan dan di kepala mereka terbayang masjid baru yang pernah dimimpikan
seorang penjual soto. Sebuah masjid dengan kubah putih berkilau, yang di
dalamnya selalu penuh orang-orang beribadah dan berdoa.”
Latar waktu yang ditampilkan dalam kutipan di atas
sangat menunjang suasana haru yang sedang di alami oleh para tokoh karena
meninggalnya tokoh utama. Namun pengarang mengembalikan lagi ingatannya semasa
Pak Kodir masih sehat dan masih berjualan soto di pertigaan. Kemudian mengembalikan
lagi ingatannya pada saat penguburan Pak Kodir.
Namun, secara umum latar waktu yang
ditampilkan dalam cerpen ini meliputi pagi dan siang hari. Latar tempat dan
latar waktu di atas sangat berpengaruh terhadap alur cerita. Keduanya
menunjukkan adanya kelogisan cerita karena setiap peristiwa tidak akan pernah
terlepas dari latar tempat dan waktu.
4) Tema
Tema merupakan pokok
permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam cerpen. Karena tema
cerita tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang, maka untuk mempermudah
menentukan tema, peneliti mencoba mengemukakan konflik utama yang mendukung
terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah sebagai berikut.
“Banyak
penjual seperti Mudakir yang heran dan tidak habis pikir; bagaimana bisa ada penjual
seperti Pak Kodir ini? Berjualan adalah cara mereka menyambung hidup, tetapi
berjualan cara Pak Kodir seperti tidak masuk akal. Lagi pula, satu-satunya
rezeki beliau cuma dari jualan soto.”
"Beda
kalau Pak Kodir jualan apa gitu di rumahnya, selain soto di
warung dekat pertigaan itu," kata seseorang.
"Dan
beda lagi kalau punya bisnis jualan baju gaul via online,"
kata yang lain.
Begitu
banyak asumsi bahwa Pak Kodir mungkin punya pesugihan di
rumahnya sehingga uangnya selalu saja ada dan rezekinya seperti mengalir tiada
henti. Mungkin beliau membagi soto secara serampangan agar semua orang
menganggapnya orang baik, padahal aslinya bejat dan senang pergi ke dukun.
Berdasarkan
kutipan di atas jelaslah bahwa tema yang diangkat oleh pengarang dalam cerpen
ini menyangkut permasalahan tidak percayanya
manusia pada Tuhannya atas rezeki
yang telah diatur oleh-Nya. Namun tokoh Pak Kodir membuktikan bahwa rezeki itu
memang sudah diatur olehnya, kita sebagai manusia hanya berusaha dan berbuat
baiklah sebanyak-banyaknya. Ini terlihat jelas pada kutipan berikut.
“Begitulah
cara 'aneh' yang Tuhan tunjukkan demi membalas kebaikan seorang Pak Kodir. Pak Kodir sendiri tidak pernah
berharap balasan mendadak semacam ini dan beliau memberi makan orang cuma untuk
membahagiakan sesama. Uang itu akan beliau olah lagi menjadi soto dan sebagian
ditabungnya untuk sebuah rencana besar: membangun satu masjid di dekat tempat
tinggalnya, sebab masjid yang biasa ia tempati untuk salat dan mengaji sudah
begitu tua dan nyaris roboh. Tidak ada yang inisiatif merenovasi atau apalah.”
LAMPIRAN OBJEK PENELITIAN
LAMPIRAN OBJEK PENELITIAN
Pak Kodir Karya Ken Hanggara
Orang-orang berkumpul di masjid pagi
itu, menonton seorang ahli ibadah sedang berada dalam posisi sujud selama lebih
dari satu jam. Tentu saja beliau sudah mangkat. Orang memanggilnya Pak Kodir.
Sehari-hari jualan soto di pertigaan dan semua orang kenal soto ayamnya yang
lezat. Jadi, ketika kabar ini merebak, orang-orang pun berpikir, "Siapa
yang jual soto seenak itu lagi, ya?"
Meninggalnya Pak Kodir segera jadi
kabar yang melesat ke segala arah. Tidak ada yang bicara keburukan; semua kenal
beliau baik dan suka memberi makan gelandangan, pengemis, atau sesekali orang
gila. Siapa pun mampir ke warungnya, tetapi tidak bawa uang, tidak perlu khawatir,
karena Pak Kodir bakal memberi seporsi gratis buat Anda (kalau mau lebih juga
boleh). Meski begitu, sotonya laris manis dan beliau tidak pernah rugi.
"Memberi makan orang sebanyak
itu, kalau saya, wah...ya rugi!" kata Pak Mudakir, penjual gulai kambing yang
warungnya berdiri persis di seberang warung Pak Kodir.
Tapi memang dasarnya Pak Kodir baik,
tindakan ini bukan masalah. Beliau senang karena bisa menghangatkan perut
orang.
"Perut hangat adalah bagian
dari kehidupan, meski kita tidak disuruh untuk hidup dengan mengenyangkan diri.
Maksudnya, makan secukupnya, asal perut kita ini hangat. Dengan demikian,
kehidupan berjalan lancar," begitu kata beliau semasa hidup.
Pak Kodir meyakini, hidup bukan
untuk makan, tetapi makanlah untuk hidup. Jadi, beliau senang melihat sesama
makhluk hidup bisa bertahan hidup dan tidak kelaparan. Dengan begitu, mereka
yang tidak kelaparan itu memiliki tenaga untuk beribadah. Pak Kodir
kadang-kadang membagikan beberapa mangkuk sotonya gratis. Pernah juga satu hari
hanya laku beberapa mangkuk, sisanya tandas oleh mereka yang tak berduit, dan
beliau pulang dengan senyum mengembang.
Orang tidak heran Pak Kodir bisa
berbuat sebaik ini, tanpa ada yang protes. Istri sudah meninggal beberapa tahun
lalu. Anak-anak? Beliau tidak pernah punya anak. Satu kali menikah, satu kali
perpisahan karena kematian; itulah kisah asmara Pak Kodir yang tidak mencintai
dunia secara berlebih. Ia hanya bahagia hidup di dunia ini karena di sini ia
bisa berbagi.
Begitu hafalnya watak orang akan
tabiat nyaris malaikat dari Pak Kodir, maka tak jarang orang memanfaatkannya.
Pelanggan soto kadang sengaja datang tidak membawa dompet. Begitu selesai
makan, beralasan, "Waduh, Pak, dompet ketinggalan nih!"
Dan Pak Kodir pun melambaikan
tangan, "Santai. Berarti itu rezekimu."
Kadang-kadang ada juga yang malah
secara langsung, tanpa sungkan, menadahkan tangan meminta dua piring nasi soto
karena sangat kelaparan. Pak Kodir pun melayani orang semacam ini sebagaimana
ia melayani mereka yang membayar. Beliau memang tidak pernah pandang bulu.
Banyak penjual seperti Mudakir yang
heran dan tidak habis pikir; bagaimana bisa ada penjual seperti Pak Kodir ini?
Berjualan adalah cara mereka menyambung hidup, tetapi berjualan cara Pak Kodir
seperti tidak masuk akal. Lagi pula, satu-satunya rezeki beliau cuma dari
jualan soto.
"Beda kalau Pak Kodir jualan
apa gitu di rumahnya, selain soto di warung dekat pertigaan
itu," kata seseorang.
"Dan beda lagi kalau punya
bisnis jualan baju gaul via online," kata yang lain.
Begitu banyak asumsi bahwa Pak Kodir
mungkin punya pesugihan di rumahnya sehingga uangnya selalu
saja ada dan rezekinya seperti mengalir tiada henti. Mungkin beliau membagi
soto secara serampangan agar semua orang menganggapnya orang baik, padahal
aslinya bejat dan senang pergi ke dukun.
Dugaan ini, sayang sekali, tidak
pernah terbukti. Setiap hari Pak Kodir selalu ke masjid. Tidak ada yang pergi
ke masjid sesering beliau. Beliau berjualan soto dari jam delapan pagi hingga
jam dua siang. Dan sisa waktu itu, lebih banyak beliau habiskan di masjid.
Beliau berada lebih lama di rumah apabila sedang tidur atau memasak soto pada
dini hari sebelum azan subuh. Masjid seperti rumah kedua. Ia juga selalu
mengaji dan kadang-kadang menjadi imam salat. Tidak ada ciri orang suka pergi
ke dukun pada diri Pak Kodir.
"Orang seharusnya tahu, rezeki
ini datang dari Allah. Diturunkan dari langit, dan keluar dari perut bumi.
Semua yang kita kerjakan, semua yang kita doakan, selalu ada balasan yang
setimpal," kata Pak Kodir, jika ada yang bercerita bagaimana orang-orang
curiga ia memiliki pesugihan. Pak Kodir tertawa dan istighfar beberapa
kali.
Tentu saja, penjual soto ini tidak
pakai cara salah. Ia berjualan soto seperti biasa; hanya saja orang tidak tahu
ketika setiap kali semangkuk soto yang beliau bagikan pada siapa pun, selalu
kembali sepuluh kali lipat dari nilai laba semangkuknya.
Misal suatu pagi seorang ibu-ibu
turun dari mobil dan memesan sebungkus soto ayam untuk menyambut calon menantu.
Katakanlah ibu tersebut melakukan ini darurat. Ibu ini membayar dengan uang
lebih besar dan pergi setelah mengatakan terima kasih berkai-kali karena soto
Pak Kodir menolongnya keluar dari situasi malu.
Atau pernah juga begini: Pak Kodir
memberi makan bocah pengamen, lalu anak itu bercerita ke semua orang hingga
sampailah cerita kebaikan penjual soto pada seorang pemilik rental mobil. Orang
itu lalu membeli soto beliau dan merasakan sotonya sangat enak. Ia katakan pada
teman-temannya, "Soto ayam di dekat pertigaan itu enak banget. Cobain
saja."
Lalu berbondong-bodonglah, beberapa
hari kemudian, orang-orang yang diketahui sebagai teman pemilik rental mobil.
Karena sotonya enak, mereka memaksa Pak Kodir menerima bayaran lebih besar.
"Soto ini mengingatkan masa
muda saya," kata salah seorang.
"Soto ini memberi saya ide
bagaimana jadi pengusaha baik, yang dekat dengan Tuhannya," kata orang
kedua.
Begitulah cara 'aneh' yang Tuhan
tunjukkan demi membalas kebaikan seorang Pak Kodir.
Pak Kodir sendiri tidak pernah
berharap balasan mendadak semacam ini dan beliau memberi makan orang cuma untuk
membahagiakan sesama. Uang itu akan beliau olah lagi menjadi soto dan sebagian
ditabungnya untuk sebuah rencana besar: membangun satu masjid di dekat tempat
tinggalnya, sebab masjid yang biasa ia tempati untuk salat dan mengaji sudah
begitu tua dan nyaris roboh. Tidak ada yang inisiatif merenovasi atau apalah.
Niat ini tidak pernah terucapkan,
kecuali ditulis di sehelai kertas di dalam dompet Pak Kodir. Ketika beliau
meninggal dan di sakunya ditemukan dompet tersebut, orang memeriksa isinya dan
ketahuanlah niat membangun masjid dari tabungan yang dipunyai selama ini.
Pagi itu menjadi pagi paling
mengharukan; kematian Pak Kodir membuat banyak orang kehilangan dan di kepala
mereka terbayang masjid baru yang pernah dimimpikan seorang penjual soto.
Sebuah masjid dengan kubah putih berkilau, yang di dalamnya selalu penuh
orang-orang beribadah dan berdoa.
Aku sendiri ikut mengurus jenazah
Pak Kodir yang bertubuh lumayan gendut, tapi beliau tidak terasa berat. Ringan
seakan menggotong beberapa keping kayu bakar yang kering. Mudakir juga mengakui
itu dan sadar fenomena macam ini berhubungan dengan perbuatan baik manusia
semasa hidup. Ia menangis sesenggukan karena dulu berburuk sangka pada Pak
Kodir.
"Kukira punya pesugihan.
Malah pernah juga kukira dia bandar togel atau apalah yang tidak halal,"
kata Mudakir pada suatu hari. Aku dengar ia berkata itu dengan wajah merah
padam.
Sekarang, begitu menangis, Mudakir
tidak bisa berucap lain selain istighfar.
***
Tidak butuh waktu lama, setelah ditemukan mangkat dalam
posisi sujud, jasad itu telah diuruk tanah dan batu nisan telah tertancap
dengan tulisan: Pak Kodir bin Jaelani. Di bawah ada tanggal lahir dan tanggal
beliau wafat. Ditulis secara sederhana, dengan torehan huruf agar berantakan,
karena yang menulis itu tidak kuat menahan tangisnya. Padahal, ia dianggap
paling tegar, karena semua yang di sana tidak bisa menulis lebih baik.
Orang-orang gemetar begitu hebatnya, hingga ada yang tak kuat berdiri.
"Siapa yang jual soto seenak
itu lagi, ya?"
Pertanyaan itu kembali terngiang
selama tujuh hari berturut-turut setelah kematian Pak Kodir. Aku pelanggan soto
ayamnya. Tetapi tidak pernah berbohong dengan bilang dompetku ketinggalan atau
dijambret orang. Aku bawa uang dan membayar soto seperti sewajarnya. Aku tidak
protes kenapa Pak Kodir sering memberi orang yang tidak dikenal makanan. Bahkan
anak jalanan yang berkelompok kadang membawa teman mereka untuk turut makan.
Aku hanya berkata, "Bagaimana
menata niat itu, Pak?"
Selalu, Pak Kodir menjawabnya dengan
santai, "Kita punya rahasia dengan Allah. Dia Maha Tahu dan kita tidak tahu apa-apa,
'kan? Dia sudah tahu apa yang kita niatkan dan lakukan apa yang menurut Nak
Toni baik. Niat tidak perlu diumbar, yang penting menghasilkan kebaikan buat
orang sekitar. Saya kira, itulah cara menata niat. Saya tidak tahu cara
menjelaskannya lebih detil. Maklum, bukan orang pinter.
Hehehe."
(Dimuat di Republika edisi Minggu, 17 April 2016)
Langganan:
Postingan (Atom)