Rabu, 06 April 2016

Cerpen : Masa Lalu Tetaplah Masa Lalu

Dikeheningan malam ini hujan turun begitu derasnya, disertai dengan hembusan angin yang cukup kencang, membuat malam ini semakin dingin, ditambah lagi suara-suara petir dan cahaya kilat yang menyambar membuatku terpaksa harus menutup ponsel hitam yang dibalut dengan pelindung berwarna biru yang kudapatkan setahun yang lalu dari ayahku sebagai kado ulangtahunku yang ke 18, kemudian aku mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur yang berbentuk doraemon itu dan akhirnya aku pun terbuai dalam mimpiku.
***
Bunyi nyaring yang berasal dari alarmku yang berbentuk doraemon tidur itu menunjukkan tepat pukul 06:30 pagi. Dengan sepenuh tenaga aku bangkit dari alam tidurku. Aku terduduk ditepi ranjang, mengumpulkan nyawaku yang entah terbang kemana malam tadi. Tetapi rasa kantuk dan malas kemudian menyergapi tubuhku. Namun, logikaku mulai menentangku. Pagi ini upacara, aku harus datang tepat waktu, jika tidak tentu saja aku tidak boleh masuk dan harus menunggu di luar pagar sekolah dan menunggunya sampai selesai. Kemudian setelah selesai upacara, sudah tentu kasus keterlambatanku dimasukkan ke dalam buku catatan hitam dan ditambah lagi mencuci wc seperti senin lalu. Ah, begitu menyebalkan.
***
Kutatap kosong langit yang berwarna biru itu, alangkah cerah langit hari ini namun tak secerah hatiku yang benar-benar bete banget kalo harus mengikuti upacara.

“Ehem ehem” Suara yang tak asing lagi kudengar, suara yang membuat jantungku berdetak tak seperti biasanya, suara yang membuat mata ini tak sanggup untuk menatap sang pemiliknya, suara yang membuat hati ini damai.

Randi, cowo terkeren yang ada di SMA ku, dia terkenal karena kepintaran dan ketampanannya dan prestasi-prestasinya di bidang olahraga seperti berenang, dan badminton. Namun dia terkenal agak gila (baca: humoris) dan juga friendly yang membuatnya terkesan playboy. Dibalik ketampanannya itu ternyata ia tak memiliki pacar, katanya sih, dulu diselingkuhin mantannya terus diputusin, miris.

“Eh” aku tersadar dari lamunanku dan bergegas membenarkan jilbabku yang sebenarnya sudah rapi.

 “Gak usah salah tingkah gitu deh” ucapnya lirih.

“Eh, nggak. Siapa juga yang salah tingkah, kamunya aja yang ke-GR-an.” Jawabku sambil membuang pandangan darinya.

“Ah, jangan bohong. Aku bisa liat kali. Kamu beda ya kayak cewe lain, biasanya kalo aku sapa pasti mereka genit-genitin aku, eh ini kamu malah cuek gitu.” Ucapnya lemas.

“Eh, apaan sih aku gak cuek kok juga gak genit kayak cabe cabean (baca: adik ketemu gede) lo itu.” Ucapku sinis.

“Mereka bukan siapa-siapa aku, cuma adik-adik kelas yang mau belajar bareng aku. Kamu jangan jealous gitu dong, nanti pulang bareng aku ya.” Ucapnya penuh harap lalu pergi meninggalkanku.

Aku hanya bisa terdiam mematung, seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan lelaki yang mempunyai kulit bersih itu. "Seperti mimpi, apakah ini mimpi, jika aku sedang bermimpi, siapa saja tolong bangunin aku, sadarkan aku bahwa itu hanya mimpi." Ucapku dalam hati.

Bel tanda pulang sudah berdering daritadi memecahkan keheningan di kelasku yang sedang konsentrasi mengikuti ulangannya guru killer yang ada di SMA ku itu. Setelah selesai dan pasti dengan jawaban yang kucari sendiri akhirnya aku mengumpulkan lembar jawabanku ke guru fisika itu dan disusul oleh teman lainnya. Saat akan mengambil tas, aku melihat kearah jendela. Betapa terkejutnya aku saat melihat Randy sedang melihatku dari arah jendela. 

“Apa? dia benar-benar nungguin aku. Dia serius mau pulang bareng aku, aku seneng banget tapi aku takut cuma dijadiin cabenya yang kesekian.” Gumamku dalam hati.

“Rita” Dia menghampiriku. “Jangan kabur ya, pulang bareng aku aja, ada yang mau aku omongin.” Ucapnya sambil menarik lenganku.

“Apaan sih” aku berusaha melepaskan lenganku namun apa dayaku tangannya lebih besar dan tenaganya tak sebanding dengan tenagaku ini yang hanya cewe lemah. *Agak lebay ya*

Akhirnya aku mengikuti langkahnya dan dia hanya diam membisu, dia melepaskan lenganku setelah sampai di tepi parkiran dan meninggalkanku disana. Ia mengambil motornya kemudian mengisyaratkanku untuk naik ke motornya. Disana aku melihat banyak mata yang menatap kami, mata yang memancarkan kekecewaan yang mendalam. Mata yang menatapku penuh dengan kebencian. Bagaimana mungkin, aku yang hanya cewe biasa saja, bisa pulang bareng sama Randi, cowo terkeren di SMA ini.
***

Aku menikmati pemandangan yang begitu indah di perjalanan kami, perjalanan yang panjang, lika-liku, turun naik. Dengan hamparan hijau yang membentang, tak kalah dengan warna langitnya yang memukau. Disepanjang jalan kami hanya diam saling membisu. Tiba-tiba motornya berhenti, lalu kami turun. Dia menarik lenganku lagi, dan membawaku ke suatu tempat yang begitu aku gilai, pantai.

“Kamu mau gak jadi pacar aku? Aku suka kamu udah lama, aku suka perhatiin kamu, aku tau kok kamu juga suka perhatiin aku kan? Kamu mau kan jadi pacar aku?” ucapnya yang langsung to the point.
“Ha? Iya aku mau, eh” aku menutup mulutku dengan tangan kananku.
***

Mataku mulai berkedip-kedip saat melihat cahaya matahari mulai menyusup jendela kamarku. Aku segera bangun dan terduduk ditepi ranjang. Dan baru aku sadari bahwa ternyata itu hanya mimpi.

“Kenapa aku harus bermimpi tentangnya lagi dan lagi ya Allah, dia telah meninggalkanku dengan banyak luka disini, sungguh aku ingin melupakannya. Tapi aku takkan pernah melupakan segala kebaikannya yang membawaku hingga aku menemukan cinta sejati, cinta yang abadi, cinta-Mu ya Allah. Dia hanya masa laluku, di masa jahiliyahku, dia hanya akan menjadi kenangan. Kenangan yang punya tempat tersendiri di hatiku.” Gumamku dalam hati.

"Rita" Teriakan ibuku membuyarkan lamunanku. Aku tersadar dan memandangi jam dindingku yang berbentuk doraemon, jam menunjukkan pukul 8. “Apa?” teriakku. “Sudah pasti aku akan mendapat omelan, omelan indah dari dosenku yang imut itu, yang akan memecahkan gendang telingaku ini. Sebenarnya aneh juga, kok ada dosen yang doyan ngomelin mahasiswanya yang telat.” Aku ngomel sendiri sambil menuju ke kamar mandi.


2 komentar:

  1. Masa lalu!! Tetaplah masa lalu!!
    Cakeep cerpennya...
    Saran: hanya saja pembaca bisa menebak alue cerita seperti apa. Dengan membaca di pertengahan saja sudah bisa memahami. Untuk penambahan mungkin ditambah kejadian2nya, jadi jangan to the point nyataiin cinta.
    Selebihnya cakeeep

    BalasHapus