Setiap orang ingin menikah, tapi
banyak orang yang takut mati.
Setiap orang memikirkan bagaimana
pernikahannya nanti, dengan siapa, dan kapan. Tapi enggan memikirkan bagaimana
ia mati, amal apa saja yang siap menemani dan amalan unggulan apa yang bakalan
ia banggakan dihadapan-Nya kemudian, atau pada umur berapa ia mati.
Setiap orang selalu membincangkan
biaya segini cukup nggak ya buat pesta pernikahan tapi gak pernah mau tau
amalan segitu cukup gak ya buat bekal mati.
Setiap orang selalu membayangkan
pernikahannya tapi enggan membayangkan kondisi ia mati, siapa yang peduli,
siapa yang mendoakan.
Katanya manusia tidak suka ketidakpastian,
tapi bila dikasi yang pasti yaitu mati, ngomongnya
“Huss, jangan ngomong gitu ah” atau
“ngeri kali ngomongnya mati-mati segala”
Lah, emang bener toh mati itu
pasti.
Coba deh kita pikirkan bersama,
bagaimana ya nanti aku mati, amalan apa ya nanti yang ku bawa pas mati, atau
berapa ya harga kain kapan serta perlengkapannya untuk mati. Tapi jangan
sekedar hanya berfikir deh, sekaligus muhasabah diri sekaligus perbaiki diri,
agar bekal tak kekurangan atau bahkan gak ada bekal sama sekali.
Yaa, aku jadi pengen cerita deh,
aku punya temen. Lebih tua sih dari aku jadi ku panggil kakak, jika melihatnya
selalu mengingatkan tentang kematian, bukan karena tampangnya yang serem, ih
nggak kok, dia mah cantik, shalihah lagi.
Tapi jika melihatnya selalu
mengingatkan ALLAH dan ajal yang pasti itu. Dia mah yang disiapin kain kapan
serta perlengkapan mayat di meja riasnya buka make-up dan segala macam yang
bikin lupa akhirat. Kalo ditanya tentang itu pasti jawabannya, “Biar ingat mati
dek, biar takut buat dosa hehe”. Jawabannya selalu bikin berfikir berkali-kali.
Duh, apalagi kalo diajak ngobrol,
bahasannya selalu tentang agama selalu tentang nabi Muhammad saw, seneng bener
dah dengerin ceritanya apalagi aku tipe orang yang suka mendengarkan ketimbang
memperdengarkan. *iniversicurhat*
Btw, kata guruku pas MTS. “Mati
itu enak.” Katanya santai.
Banyak yang protes sekaligus
penasaran.
Ada pertanyaan serta pernyataan yang
nyesek sampai menggelikan hati.
“masa iya pak?”
“Kok bisa gitu pak?”
“Emang bapak pernah ngerasain?”
“Kami mau mati deh kalo gitu pak”
Guruku menjawab dengan santai
lagi.
“coba fikrikan, ada gak orang
mati yang balik lagi ke rumahnya.”
Ia menarik nafas perlahan,
kemudian menyambung lagi. “ berarti enakkan mati itu, kalo mati itu gak enak
pasti pada pulang kan.”
Sebagian ada yang protes tidak
setuju sebagian lagi berfikir keras dan banyak bagian yang tak ambil peduli.
Tapi kalo menurut aku, ya bener.
Mati itu enak ya karna itu, gak akan pulang lagi toh, udah pergi, enak. Ngapain
pulang.
Nah coba nikah, banyak aja tuh
kejadian yang cerai, selingkuh. Padahal nikah itu pilihan sendiri, maunya
pribadi, walau terkadang karna tuntutan juga *ehabaikan*.
Ya intinya, pasangan pilihan
sendiri, menikah cepat atau lambat juga pilihan sendiri.
Coba mati yang bukan keinginan
sendiri, enakkan, pada gak mau pulangkan hihi. Apaansih.
Ya udah intinya ingat mati, jauhi
dosa. Dan jadi manusia yang bermanfaat dan terbaik. Semoga kita menjadi
sebaik-baiknya manusia ya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar